Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Pemerkosaan Termasuk Jadi Strategi Militer Rusia di Ukraina

Kompas.com - 15/10/2022, 06:35 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Pemerkosaan dan serangan seksual oleh pasukan Rusia di Ukraina termasuk menjadi bagian dari strategi militer Rusia dan taktik yang disengaja untuk tidak memanusiakan para korban.

Hal itu dikatakan oleh utusan PBB untuk kekerasan seksual, Pramila Patten saat diwawancarai Kantor berita AFP pada Kamis (13/10/2022).

"Semua indikasi ada di sana," kata Patten ketika ditanya apakah pemerkosaan digunakan sebagai senjata perang di Ukraina.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-233 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Janjikan Kemenangan, Putin Akui Negara-negara Bekas Uni Soviet Cemas

Dia membeberkan berbagai indikasi yang bisa menjadi bukti bahwa pemerkosaan menjadi bagian dari strategi militer Rusia.

"Ketika wanita ditahan selama berhari-hari dan diperkosa, ketika Anda mulai memperkosa anak laki-laki dan bocah laki-laki kecil, ketika Anda melihat serangkaian mutilasi alat kelamin, ketika Anda mendengar wanita bersaksi tentang tentara Rusia yang dilengkapi dengan Viagra, itu jelas merupakan strategi militer," ungkap Patten.

"Dan ketika para korban melaporkan apa yang dikatakan selama pemerkosaan, itu jelas merupakan taktik yang disengaja untuk tidak memanusiakan para korban," tambah dia.

Menurut Patten, PBB telah memverifikasi "lebih dari seratus kasus" pemerkosaan atau serangan seksual di Ukraina sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, mengacu pada laporan PBB yang dirilis pada akhir September 2022.

Dia menjelaskan, laporan itu mengonfirmasi kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh pasukan Rusia.

Baca juga:

Patten mengungkap, berdasarkan kesaksian yang dikumpulkan, usia korban kekerasan seksual di perang Ukraina berkisar antara 4-82 tahun.

"Para korban kebanyakan perempuan dan anak perempuan, tetapi juga laki-laki dan anak laki-laki," jelasnya.

Tetapi, dia meyakini, kasus yang dilaporkan hanyalah puncak gunung es.

"Sangat sulit untuk memiliki statistik yang dapat diandalkan selama konflik aktif, dan jumlahnya tidak akan pernah mencerminkan kenyataan, karena kekerasan seksual adalah kejahatan diam yang sebagian besar tidak dilaporkan," kata Patten.

Baca juga: Kalau Rusia Serang Ukraina dengan Nuklir, Apa yang Akan Barat Lakukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com