KYIV, KOMPAS.com – Masih ada beberapa hal baru yang terjadi “mewarnai” perang Rusia-Ukraina hari ke-223 pada Selasa (4/10/2022).
Ini termasuk Pemerintah Inggris mengeluarkan pernyataan bahwa mereka berjanji akan melihat Ukraina bisa melewati kemenangan dalam perang melawan Rusia.
Sementara itu, Pemerintah Korea Utara menyatakan dukungan terhadap agenda pencaplokan Rusia atas wilayah Ukraina.
Untuk lebih lengkapnya, berikut rangkuman serangan Rusia ke Ukraina hari ke-223 yang dapat disimak:
Dilansir dari AFP, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly pada Selasa menyatakan bahwa Inggris memiliki "ketahanan strategis" untuk melihat Ukraina "melalui kemenangan" atas Rusia.
Dalam pidatonya di konferensi tahunan Partai Konservatifnya, Cleverly akan mengatakan Ukraina akan mendapat dukungan tak tergoyahkan dari Inggris dalam upayanya untuk mendorong kembali pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Itu terjadi setelah Inggris meningkatkan sanksi terhadap Moskwa, dengan langkah-langkah baru yang menargetkan sektor-sektor ekonomi yang rentan, sebagai tanggapan atas pencaplokan "ilegal" presiden Rusia atas petak-petak wilayah Ukraina.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-221 Serangan Rusia ke Ukraina: Kyiv Rebut Lyman, Menhan AS Bersorak
Korea Utara pada Selasa menyuarakan dukungan untuk pencaplokan Rusia atas wilayah Ukraina yang diduduki pasukannya.
Korea Utara juga menuduh AS dan sekutunya bertindak seperti gangster dengan memimpin gerakan di PBB terhadap perilaku Moskwa.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Moskwa telah mencaplok empat wilayah Ukraina yang mengadakan referendum yang diselenggarakan Kremlin di tanah yang disita oleh militer Rusia.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya menyebut referendum itu akal-akalan yang dilakukan di bawah todongan senjata dan bersumpah tidak akan pernah mengakui pencaplokan itu.
Pemerintah Jepang telah memerintahkan seorang pejabat senior Rusia yang ditempatkan di negaranya untuk pergi sebagai pembalasan atas pengusiran seorang diplomat Jepang atas tuduhan mata-mata.
Hal itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang pada Selasa.
Langkah balas dendam itu terjadi setelah Tokyo menuntut permintaan maaf pekan lalu dari Rusia karena menahan seorang diplomat yang berbasis di kota timur Vladivostok.
Jepang menuduh Rusia menutup mata dan menahan pria itu dalam "tindakan luar biasa".
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.