Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/10/2022, 22:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi sepak bola Indonesia, yang sejauh ini menewaskan 125 orang di Malang, Jawa Timur, menjadi salah satu bencana terburuk dalam sejarah olahraga dunia.

Namun peristiwa yang terjadi Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022, memiliki banyak kesamaan dengan tragedi-tragedi sebelumnya, tidak hanya soal jumlah korbannya yang besar. 

Persoalan umum dalam bencana di stadion adalah kegagalan tindakan pengendalian massa untuk melindungi penonton.

Baca juga: Media Asing: Tragedi di Stadion Kanjuruhan Salah Satu Bencana Sepak Bola Terburuk di Dunia

Estadio Nacional Peru (1964)

Lebih dari 300 orang tewas ketika pertandingan antara Timnas Peru melawan Argentina ricuh setelah gol tim tuan rumah dianulir.

Suporter Peru menyerbu lapangan dalam pertandingan kualifikasi untuk Olimpiade Tokyo 1964 itu, dan polisi meresponsnya dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan di Estadio Nacional Lima.

Hal ini menyebabkan massa berdesakan menuju pintu keluar yang terkunci.

Data resmi korban yang tewas adalah 328, namun jumlah korban secara keseluruhan mungkin lebih tinggi karena angka resmi itu tidak termasuk korban yang tewas tertembak dalam bentrok antara suporter dan aparat keamanan di luar stadion.

"Ada banyak laporan saksi mata tentang orang-orang yang tewas karena luka tembak, tteapi hakim yang ditunjuk untuk menyelidiki ini, Benjamin Castaneda, tidak pernah menemukan jenazah-jenazah itu untuk membuktikannya," kata wartawan BBC Sport, Piers Edwards pada 2014, tepat 50 tahun setelah tragedi olahraga terburuk di dunia itu.

Jorge Azambuja, komandan polisi yang memerintahkan penembakan gas air mata dijatuhi hukuman 30 bulan penjara.

Baca juga: Tragedi Estadio Nacional Peru yang Tewaskan 300 Suporter Masih Tinggalkan Misteri, Ini Kisahnya

Stadion Olahraga Accra, Ghana (2001)

Satu pertandingan derby antara dua tim yang sangat populer Hearts of Oak dan Asante Kotoko, berujung ricuh pada Mei 2001 setelah suporter Kotoko meluapkan kekecewaan karena tim mereka menelan kekalahan.

Polisi menembakkan gas air mata dan para suporter bergegas ke pintu keluar yang ternyata terkunci.

Setidaknya 126 orang tewas dalam insiden tersebut, yang menjadi tragedi sepak bola terburuk di Afrika sampai saat ini.

"Saya melihat lelaki muda, lelaki yang gagah terbaring mati di lantai. [Hati] saya hancur. Saya tidak bisa menghitung [jumlah orang yang meninggal]," kata Wakil Menteri Olahraga Ghana saat itu, Joe Aggrey kepada BBC.

Menurut penyelidikan, polisi bertanggung jawab karena mengambil tindakan yang berlebihan dan enam anggota polisi didakwa melakukan pembunuhan.

Baca juga: 14 Tragedi Sepak Bola di Dunia yang Tewaskan Banyak Suporter di Stadion

Namun, mereka dibebaskan dalam persidangan pada 2003.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com