Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertempuran Terbaru Armenia-Azerbaijan, Status Rusia Sebagai Penjamin Keamanan Rusak

Kompas.com - 14/09/2022, 12:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

MOSKWA, KOMPAS.com – Sedikitnya 49 tentara Armenia dan 50 personel militer Azerbaijan tewas pada Selasa (13/9/2022) dalam pertempuran mematikan di perbatasan.

Presiden Rusia Vladimir Putin angkat suara dan meminta kedua negara pecahan Uni Soviet yang tengah bertikai tersebut untuk tenang.

Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan dalam pertempuran terbaru di beberapa titik sepanjang perbatasan mereka.

Baca juga: Armenia Minta Bantuan Rusia Pasca Bentrokan Berdarah di Perbatasan dengan Azerbaijan

Bentrokan tersebut meningkatkan kekhawatiran ihwal konflik bersenjata lanjutan di bekas wilayah Uni Soviet pascainvasi Rusia ke Ukraina.

Rusia sendiri telah menampatkan pasukan penjaga perdamaian di zona konflik Azerbaijan dan Armenia sebagai penjamin keamanan dala, kesepakatan gencatan senjata usai perang tahun 2020 atas daerah kantong Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Dalam konflik terbaru, Armenia mengatakan bahwa Azerbaijan menembaki kota-kota di dekat perbatasan termasuk Jermuk, Goris, dan Kapan.

Baca juga: PM Armenia Sebut 49 Tentaranya Tewas dalam Baku Tembak dengan Azerbaijan

Di sisi lain, Azerbaijan menuding unit sabotase Armenia berupaya mengganggu posisi pasukan Azerbaijan dan mulai menembak, sebagaimana dilansir Reuters.

Azerbaijan juga menuduh pasukan Armenia menembakkan senjata berat yang melanggar gencatan senjata yang disepakati.

"Sulit untuk melebih-lebihkan peran Federasi Rusia, peran Putin secara pribadi," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

"Presiden melakukan segala upaya untuk membantu meredakan ketegangan di perbatasan," sambung Peskov.

Baca juga: Sebut Pasukan Azerbaijan Coba Memasuki Wilayahnya, Armenia Minta Bantuan Dunia

Ukraina dan Kaukasus

Seorang ahli dari lembaga think tank Russia and Eurasia Programme of Chatham House, Laurence Broers, mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah merusak status Moskwa sebagai penjamin keamanan regional.

Hal tersebut, lanjut Broers, membuat Azerbaijan memiliki lebih banyak ruang untuk membuat klaim.

Azerbaijan, yang secara politik dan budaya terkait dengan Turkiye, membuat keuntungan teritorial yang signifikan dalam perang 2020 dengan merebut kembali beberapa wilayah di Nagorno-Karabakh.

“Sejak Februari, kami juga telah melihat runtuhnya reputasi Rusia sebagai pelindung keamanan dan penyedia keamanan di kawasan itu,” ucap Broers.

Baca juga: Armenia-Azerbaijan Baku Tembak di Perbatasan, Libatkan Senjata Kaliber Besar

“Itu telah menciptakan jendela peluang bagi Azerbaijan, mengingat bahwa hasil perang kedua pada 2020 meninggalkan urusan yang belum selesai,” sambung Broers.

Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi militer sejumlah negara pecahan Uni Soviet yang dipimpin Rusia, menggelar pertemuan pada Selasa untuk membahas konflik Armenia dan Azerbaijan terbaru.

Sementara itu, Turkiye menegaskan kembali dukungannya untuk sekutunya, Azerbaijan.

Menteri Pertahanan Turkiye Hulusi Akar mengatakan bahwa Ankara akan terus mendukungnya untuk tujuan yang adil.

“Tanggung jawab atas provokasi, bentrokan dan kerugian terletak pada kepemimpinan militer-politik Armenia,” kata Kementerian Luar Negeri Azerbaijan.

Baca juga: Konflik Nagorno-Karabakh Pecah Lagi, Azerbaijan Balas Armenia dan Rebut Ketinggian Strategis

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Sebabkan 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com