DENPASAR, KOMPAS.com - Ada banyak perasaan yang muncul saat kita menginjakkan kaki di tempat yang dianggap suci atau sakral.
Mungkin kita tiba-tiba ingin menangis karena begitu besar karisma tempat itu, atau segera memegang dan merasakan material bangunan yang sudah berusia ratusan tahun. Atau mungkin ingin hanya ingin berbisik berbagi kekaguman kita dengan orang di sebelah.
Tapi keinginan untuk telanjang? Ini jadi tren aneh yang melanda Asia Tenggara yang dilakukan sejumlah turis dari negara-negara Barat.
Baca juga: Foto Telanjang, Rambut Kemaluan, dan Sensor, Mengapa Mengundang Perdebatan Kaum Nudis?
Beberapa dari mereka berfoto dengan pose telanjang di monumen, kuil, dan tempat yang dianggap suci atau keramat.
Seperti yang dikatakan Ravinjay Kuckreja, peneliti agama Bali di Universitas Hindu Negeri Denpasar Bali, yang mengatakan aksi foto bugil di lokasi-lokasi ini "terus berulang."
"Banyak dari mereka sepertinya adalah yang bergerak di bidang kesehatan atau aktor atau influencer yoga," katanya.
Dia memberikan beberapa contoh, termasuk influencer Rusia dideportasi dari Bali bulan Mei kemarin, setelah berpose telanjang di depan pohon yang dianggap keramat yang berusia 700 tahun.
Pria itu juga dideportasi.
Ravinjay mengatakan perilaku ini juga mengundang reaksi keras dari pemerintah setempat.
"Pertanyaan besarnya adalah mengapa (ini) terus terjadi lagi dan lagi?" katanya.
Baca juga:
Ravinjay mengatakan sejak 2018, kelakuan turis Eropa dan Australia menambah daftar aktivitas tidak sensitif budaya yang meningkat di Bali, yang kemudian mereka dokumentasikan atau diunggah secara online.
Ada insiden seperti "pasangan Ceko mencipratkan air suci ke punggung seseorang pada tahun 2019", katanya. Atau warga Australia Barat telanjang mengendarai skuter masuk ke kolam pada tahun yang sama, dan pada tahun 2021 influencer Rusia lainnya berpose bugil di atas seekor gajah.
Menurutnya yang jadi masalah bukan soal telanjangnya.