Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Akan Coba Bangkitkan Harimau Tasmania dari Kepunahan

Kompas.com - 24/08/2022, 17:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti di Australia dan Amerika Serikat bekerja sama dalam proyek bernilai miliaran dollar untuk mengembalikan harimau Tasmania dari kepunahan.

Individu terakhir hewan tersebut, nama resminya thylacine, diketahui mati pada 1930-an.

Tim di balik proyek ini mengatakan hewan punah tersebut dapat diciptakan kembali menggunakan teknologi sel punca (stem cells) dan pengeditan gen, dan thylacine pertama dapat dilepas ke alam liar dalam waktu sepuluh tahun.

Baca juga: Cerita Kurir Dikejar Harimau Usai Antar Paket: Tiba-tiba 5 Meter di Belakang, seperti Ingin Menerkam

Banyak pakar lain skeptis dan mengatakan memutar balik kepunahan, atau de-extinction, hanyalah fiksi ilmiah.

Thylacine dijuluki harimau Tasmania karena loreng di punggungnya – namun ia sebenarnya adalah marsupial, sejenis mamalia endemik Australia yang membesarkan anaknya di dalam kantung di tubuhnya.

Sekelompok ilmuwan dari Australia dan AS berencana mengambil sel punca dari spesies marsupial yang masih hidup dan memiliki DNA yang mirip, dan kemudian menggunakan teknologi pengeditan gen untuk “menghidupkan kembali” spesies yang sudah punah itu – atau sesuatu yang sangat mirip dengannya.

Ini akan menjadi pencapaian luar biasa bagi para peneliti yang mencobanya, dan memerlukan sejumlah terobosan saintifik.

Baca juga: Pakai Harimau Asli untuk Iklan, Gucci Digeruduk Pelanggan dan Aktivis Lingkungan

“Sekarang saya percaya bahwa dalam waktu 10 tahun kita bisa punya bayi thylacine hidup pertama sejak mereka punah karena diburu hampir seabad yang lalu,” kata Profesor Andrew Pask, yang memimpin penelitian ini dari Universitas Melbourne.

Populasi harimau Tasmania menyusut ketika manusia tiba di Australia puluhan ribu tahun yang lalu, dan semakin menyusut lagi ketika dingo – spesies anjing liar – muncul.

Akhirnya, hewan marsupial itu hanya ada di pulau Tasmania, dan akhirnya diburu hingga punah.

Harimau Tasmania terakhir di penangkaran mati di Kebun Binatang Hobart pada 1936.

Bila para ilmuwan sukses menghidupkan kembali hewan itu, ini akan menandai peristiwa pembalikan kepunahan atau de-extinction pertama dalam sejarah, namun banyak pakar di luar proyek ini meragukan sains di baliknya.

Baca juga: Setelah Panggang Daging Harimau di Hutan, 4 Pria Ini Akhirnya Menyerahkan Diri

De-extinction adalah sains dongeng,” kata Profesor Madya Jeremy Austin dari Pusat Penelitian DNA Kuno Australia kepada surat kabar Sydney Morning Herald.

Ia menambahkan bahwa proyek tersebut lebih tentang menarik perhatian media pada para ilmuwan yang terlibat dan bukan melakukan pekerjaan ilmiah yang serius.

Ide menghidupkan kembali harimau Tasmania telah ada selama lebih dari 20 tahun. Pada 1999, Museum Australia memulai proyek untuk mengklon hewan tersebut, dan berbagai upaya telah dilakukan sejak itu untuk mengekstrak atau membangun kembali DNA yang layak dari sampel.

Proyek terakhir ini adalah kemitraan antara para ilmuwan di Universitsa Melbourne dan perusahaan Colossal, yang berbasis di Texas.

Perusahaan AS itu jadi berita tahun lalu dengan rencananya untuk menggunakan teknologi pengeditan gen serupa untuk mengembalikan mamut berbulu dari kepunahan – pencapaian saintifik yang luar biasa jika seandainya tercapai.

Baca juga: Serang Penduduk Desa, Seekor Harimau yang Terancam Punah Ditembak Mati Petugas di Malaysia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Global
Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Global
Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com