Pendapat Hamann ini didasarkan pada keterangan Reinhold Hannisch, sahabat Hitler. Hannisch dan Hitler tinggal di satu atap ketika sama-sama masih mengadu nasib di Wina. Hannisch kaget ketika teman yang dikenalnya dulu sudah berubah menjadi seorang penganut fanatik ideologi antisemitisme.
Semasa mengadu nasib di Wina, Hitler memiliki relasi yang baik dengan orang-orang Yahudi. Bahkan, Hitler menerima bantuan dari orang-orang Yahudi dan aksi-aksi sosial yang dikelola oleh organisasi-organisasi Yahudi.
Di dalam Mein Kapmf, Hitler menegaskan bahwa masa mudanya di Wina merupakan titik balik bagi dirinya sebagai penganut ideologi antisemitisme.
Baca juga: Hitler dan Mobil Pertamanya
Apakah memang Mein Kampf mengatakan yang sebenarnya atau memanipulasi sosok Hitler muda demi sebuah propaganda ideologi?
Antisemitisme adalah jantung dari ideologi Nazi. Sikap antisemitisme Hitler adalah fakta sejarah yang tidak terbantahkan.
Pihak Gestapo memperlakukan Dr. Bloch secara berbeda. Konon, ada mandat khusus dari Berlin untuk mengistimewakan Dr. Bloch. Dengan adanya mandat tersebut, sang dokter dikecualikan dari beberapa aturan-aturan diskrimatif terhadap keturunan Yahudi.
Ketika orang Yahudi dilarang untuk memiliki tempat tinggal, Dr. Bloch masih tetap diperbolehkan menempati apartemennya. Dr. Bloch tidak dilarang untuk berkomunikasi dengan telepon dan telegraf.
Pada 30 September 1938, pemerintah Jerman mengeluarkan peraturan yang melarang praktik dokter keturunan Yahudi. Sehari sesudahnya, Dr. Bloch menutup tempat praktiknya.
Meskipun mendapat perlakuan khusus dari Gestapo, Dr. Bloch akhirnya memutuskan untuk bermigrasi ke Amerika Serikat. Pada bulan November 1940, Dr. Bloch bersama istrinya meninggalkan Austria. Terlebih dahulu, Dr. Bloch singgah di Lisabon, Portugal sebelum akhirnya berlayar menuju New York.
Pihak Gestapo mengatur keberangkatan Dr. Bloch secara khusus agar tidak mendapatkan kesulitan di titik-titik pemeriksaan. Dengan kereta api, Dr. Bloch meninggalkan kota Wina. Kereta melewati Jerman dan berhenti di Herbesthal yang berbatasan dengan Belgia.
Terjadi pemeriksaan oleh penjaga perbatasan. Para penumpang dipaksa turun dari gerbong sambil membawa barang-barang bawaan mereka yang tertumpuk di gerbong barang.
Dr. Bloch bereaksi dengan menunjukkan surat pengantar yang dikantonginya. Petugas pemeriksaan pun memerintahkan Dr. Bloch kembali naik ke gerbong. Kereta langsung melanjutkan perjalanan melalui Perancis.
Setibanya di Portugal, Dr. Bloch tidak dapat langsung berlayar menuju ke New York. Pada 15 Desember 1940, Dr. Bloch berlayar menuju New York. Kapal sampai di New York pada 8 Januari 1941.
Masa lalu Dr. Bloch sebagai dokter keluarga Hitler menarik perhatian media masa di Amerika. Dr. Bloch diwawancarai JD Ratcliff dan hasil wawancara tersebut diterbitkan dalam koran Collier.
Dr. Bloch enggan menilai Hitler sebagai seorang politikus atau diktator. Dr. Bloch tetap menganggap Hitler sebagai anak malang yang ditinggal mati oleh ibunya. Tampaknya sang dokter tidak tertarik dengan persoalan politik sehingga tidak mengkaitkan sosok Hitler dengan kiprah politiknya.
Dr. Bloch mengatakan, "Bahkan, sampai sekarang aku masih tetap menilai dia (Hitler) berdasarkan kemalangan yang dialaminya dan tidak berdasarkan apa yang telah dia lakukan terhadap dunia.“
Hitler mati bunuh diri pada 30 April 1945 di bunker bawah tanah di kota Berlin. Sementara, Dr. Bloch menghembuskan nafas terakhirnya pada 1 Juni 1945 di apartemennya di New York. Sosok ini cukup fenomenal.
Dr Bloch adalah orang Yahudi yang berjasa kepada Hitler muda yang malang dan menolak untuk membenci Hitler tua yang kejam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.