Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patung Perunggu Singa Raksasa di Atap Parlemen India Dikritik Publik: Garang!

Kompas.com - 12/07/2022, 22:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

NEW DELHI, KOMPAS.com - Perdana Menteri India Narendra Modi meluncurkan patung perunggu singa raksasa, lambang nasional India, di atap gedung baru parlemen pada Senin (11/7/2022), yang kemudian justru banyak memicu kontroversi.

Patung perunggu setinggi 6,5 meter itu menunjukkan empat singa Asia yang dipasang saling membelakangi pada piringan bundar.

Baca juga: Taipan dan Bos Tim Formula 1 Asal India Vijay Mallya Dijatuhi Hukuman Penjara

Namun patung baru itu, yang diadaptasi dari patung India kuno yang berasal dari tahun 250 SM, telah membuat banyak orang terkejut.

Para kritikus mengatakan singa-singa itu telah dirombak dengan tampilan baru yang "ganas", menyimpang dari penggambaran aslinya.

Modi berbagi video pembukaan lambang baru parlemen India tersebut pada Senin (11/7/2022) pagi, yang menunjukkan patung perunggu - dengan berat 9.500 kilogram - di atas serambi tengah gedung parlemen baru.

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan pemasangan lambang nasional India - diadaptasi dari pilar Singa Ashoka, yang ada di atas salah satu dari beberapa pilar yang didirikan oleh Kaisar Ashoka selama pemerintahannya pada 250 SM.

Itu merupakan "tonggak penting dalam dekolonisasi" negara, kata pejabat itu sebagaimana dilansir BBC.

Baca juga: India Akan Menyalip Populasi China pada 2023, Jadi Negara Berpenduduk Terbanyak

Tetapi banyak pengguna media sosial menyorot bahwa tampilan singa dalam patung raksasa baru itu secara signifikan berbeda dari penggambaran aslinya.

Alih-alih terlihat "baik hati dan agung", mereka sekarang terlihat "ganas".

Akun @avaidism dalam unggahnnya membantingkan sejumlah patung Asoka terdahulu dengan patung raksasa terbaru di atap gedung parlemen di India. "Sejak kapan Singa Asoka memamerkan taringnya? Mereka tidak pernah (terlihat) garang sebelumnya?

"Singa-singa baru itu tampak sedikit ganas daripada anggun," komentar akun @kiranmanral di Twitter.

Prashant Bhushan, pengacara dan aktivis India dalam cuitannya menulis: "Dari Gandhi ke Godse; Dari lambang nasional kita dengan singa duduk anggun dan damai; ke lambang nasional baru yang diresmikan untuk bagian atas gedung Parlemen baru yang sedang dibangun di Central Vista; Singa yang marah dengan taring yang terbuka."

"Ini adalah India baru Modi!" sindirnya.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, India Berpeluang Geser Pengaruh China

Gedung parlemen baru - yang masih dalam pembangunan - merupakan bagian dari rencana pemerintah senilai 200 miliar rupee (2,7 miliar dollar AS setara Rp 40,5 triliun), untuk memodernisasi gedung-gedung pemerintah kolonial lama di New Delhi.

Partai-partai oposisi telah mengkritik pemerintah atas biaya proyek dan estetikanya.

Pada Senin (11/7/2022), Sitaram Yechury, seorang pemimpin oposisi Partai Komunis India mengatakan bahwa keterlibatan PM Modi dalam pembukaan lambang nasional melanggar konstitusi.

Menurutnya, itu "merendahkan" pemisahan kekuasaan antara eksekutif (yang diwakili oleh Modi), dan legislatif (yang dilambangkan oleh gedung parlemen).

Yechury juga mengkritik perdana menteri karena melakukan puja - upacara keagamaan Hindu - di acara tersebut. Partai-partai oposisi juga mengatakan bahwa mereka tidak diundang ke pembukaan itu.

Gedung parlemen yang baru diharapkan akan selesai pada Agustus 2022 pada saat perayaan 75 tahun kemerdekaan negara itu. Tetapi para pejabat kemudian mengatakan bangunan itu baru akan selesai pada Oktober.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com