Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cacar Monyet di Eropa Meningkat 3 Kali dalam 2 Pekan, WHO Minta Waspada

Kompas.com - 03/07/2022, 17:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

LONDON, KOMPAS.com – Kepala WHO Eropa Hans Kluge pada Jumat (1/7/2022) memperingatkan bahwa kasus cacar monyet (monkeypox) di Eropa telah meningkat tiga kali lipat dalam dua pekan terakhir.

Dia lantas mendesak negara-negara untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi cacar monyet di “Benua Biru”, sebagaimana dilansir Associated Press.

Di sisi lain, otoritas kesehatan Afrika mengatakan bahwa mereka menyebut wabah cacar monyet yang meluas saat ini sebagai keadaan darurat.

Baca juga: Korea Selatan Umumkan Kasus Pertama Cacar Monyet, Tingkat Kewaspadaan Langsung Dinaikkan

Afrika lantas menyerukan negara-negara kaya untuk berbagi persediaan vaksin yang terbatas untuk menghindari ketimpangan yang terlihat selama pandemi Covid-19.

Dalam sebuah pernyataan, Kluge mengatakan bahwa peningkatan upaya untuk mengatasi cacar monyet sangat diperlukan.

Meskipun pekan lalu, WHO menyebut bahwa wabah cacar monyet yang saat ini sedang meningkat belum dinyatakan sebagai darurat kesehatan global.

“Tindakan mendesak dan terkoordinasi sangat penting jika kita ingin mengubah arah dalam perlombaan untuk membalikkan penyebaran penyakit ini yang sedang berlangsung,” kata Kluge.

Baca juga: Singapura Temukan 1 Kasus Impor Cacar Monyet, 13 Orang Dikarantina

Hingga saat ini, lebih dari 5.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan dari 51 negara di seluruh dunia yang biasanya tidak melaporkan penyakit tersebut, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Kluge mengatakan, jumlah kasus cacar monyet di Eropa mewakili sekitar 90 persen dari total global, dengan 31 negara di kawasan Eropa telah mengidentifikasi kasusnya.

Kluge menambahkan, data yang dilaporkan ke WHO menunjukkan bahwa 99 persen kasus terjadi pada pria, di mana mayoritas adalah pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.

Namun, ada sejumlah kecil kasus di antara kontak rumah tangga, termasuk anak-anak.

Baca juga: Temuan Cacar Monyet di Perancis Naik Jadi 277 Kasus, Termasuk Jangkit Wanita, Ini Gejalanya

Kebanyakan orang melaporkan gejala termasuk ruam, demam, kelelahan, nyeri otot, muntah, dan kedinginan.

Para ilmuwan memperingatkan siapa pun yang melakukan kontak fisik dengan seseorang yang menderita cacar monyet atau pakaian atau seprai mereka berisiko terinfeksi.

Populasi rentan seperti anak-anak dan wanita hamil diperkirakan lebih mungkin menderita penyakit parah.

Sekitar 10 persen pasien dirawat di rumah sakit untuk perawatan atau diisolasi, dan satu orang dirawat di unit perawatan intensif. Tidak ada kematian yang dilaporkan.

Baca juga: WHO Akan Ganti Nama Cacar Monyet, Ini Alasannya

Kluge berujar, masalah stigmatisasi juga terjadi di beberapa negara. WHO juga tengah bekerja sama dengan berbagai mitra termasuk penyelenggara acara-acara gay pride.

Seorang penasihat WHO terkemuka mengatakan pada Mei bahwa lonjakan kasus cacar monyet di Eropa kemungkinan terkait dengan aktivitas seksual oleh pria di dua pesta di Spanyol dan Belgia.

Menjelang acara gay pride di Inggris akhir pekan ini, dokter kesehatan masyarakat terkemuka London meminta orang-orang dengan gejala cacar monyet untuk tinggal di rumah.

Baca juga: Warga AS Penderita Cacar Monyet Kabur dari RS Meksiko

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Mobil Berkecepatan Tinggi Tabrak Gerbang Gedung Putih, Sopir Tewas

Global
Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Puluhan Ribu Warga Israel Demo Minta Sandera Segera Dipulangkan

Global
Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com