Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Bisnis Opium dan Heroin, Bagaimana Taliban Bertahan Hidup di Afghanistan?

Kompas.com - 04/04/2022, 13:31 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

Upaya-upaya itu termasuk membayar petani untuk menanam gandum atau kunyit, berinvestasi dalam jaringan transportasi, serta menyemprotkan defoliant pada tanaman, dan membom fasilitas pemurnian.

Pada setiap langkah, upaya-upaya itu digagalkan oleh anggota Taliban yang menguasai daerah utama penghasil opium dan memperoleh ratusan juta dollar dari industri tersebut, menurut perkiraan pemerintah AS dan Afghanistan.

Para petani di daerah yang dikuasai Taliban sering mendapat tekanan untuk menanam bunga poppy dari panglima perang dan milisi setempat, menurut penyelidikan.

Akibatnya, Afghanistan hampir memonopoli opium dan heroin yang menyumbang 80-90 persen dari produksi global, menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC).

Jumlah lahan yang ditanami bunga poppy mencapai rekor tertinggi pada 2017 dan rata-rata mencapai sekitar 250.000 hektare dalam empat tahun terakhir, kira-kira empat kali lipat dari tingkat pertengahan 1990-an, menurut data PBB.

Baca juga: Pemimpin Misterius Taliban Sirajuddin Haqqani Akhirnya Menunjukkan Wajahnya, Siapa Dia Sebenarnya?

Dampak larangan bisnis narkotika

Kebijakan narkotika dari pemerintah baru akan memengaruhi harga heroin global, dengan dampak bagi negara-negara Barat dan pecandunya, serta Rusia, Iran, Pakistan, dan China--semua rute penyelundupan utama tetapi juga pasar besar untuk obat-obatan Afghanistan.

Dalam beberapa tahun terakhir, para penyelundup juga menemukan bahwa tanaman yang biasa dijumpai di Afghanistan yaitu ephedra dapat digunakan untuk membuat komponen utama metamfetamin, yang lebih dikenal sebagai "sabu kristal".

Namun, juru bicara Mujahid bersumpah Afghanistan akan menjadi negara bebas narkotika ke depannya.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada wartawan di Kabul pada Selasa (24/8/2021) bahwa Taliban sedang mengerjakan prosedur bagi pekerja pemerintah wanita untuk kembali ke pekerjaan mereka, tetapi untuk saat ini mereka harus tinggal di rumah karena alasan keamanan.AP PHOTO/RAHMAT GUL Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada wartawan di Kabul pada Selasa (24/8/2021) bahwa Taliban sedang mengerjakan prosedur bagi pekerja pemerintah wanita untuk kembali ke pekerjaan mereka, tetapi untuk saat ini mereka harus tinggal di rumah karena alasan keamanan.
Ini bukan kali pertama kelompok fundamentalis bersumpah untuk melarang perdagangan narkotika. Produksi sempat dilarang pada 2000, tepat sebelum Taliban digulingkan oleh pasukan pimpinan AS.

Gretchen Peters penulis Amerika dari buku Seeds of Terror: How Heroin Is Bankrolling the Taliban and Al-Qaeda mengatakan, larangan Taliban sebelumnya pada penanaman opium bersifat taktis.

"Mereka berada di bawah tekanan internasional yang sangat besar," katanya. "Itu adalah tipuan karena mereka memiliki begitu banyak simpanan. Mereka menghasilkan banyak uang begitu harganya melonjak 10 kali lipat."

"Mereka tidak akan menyingkirkan perdagangan narkoba karena mereka terlalu terikat dengan itu."

"Afghanistan tidak dapat bertahan hidup tanpa opium. Ini secara bersamaan membunuh Afghanistan sementara juga menjaga sejumlah besar orang tetap hidup," katanya, mengacu pada pendapatan yang diberikan industri tersebut kepada petani miskin.

Menguasai Afghanistan akan menawarkan akses kepada Taliban ke maskapai penerbangan, birokrasi negara, dan bank yang dapat digunakan untuk memfasilitasi penyelundupan narkoba dan pencucian uang, jelasnya.

Baca juga: Siapa Taliban dan Mengapa Ingin Menguasai Afghanistan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com