Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes China Jawab Desakan untuk Ikut Mengecam Invasi Rusia ke Ukraina: Jangan Naif

Kompas.com - 21/03/2022, 11:36 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Duta Besar (Dubes) China untuk Amerika Serikat (AS) menolak mengutuk serangan Rusia ke Ukraina dan menyebut permintaan semacam itu “naif”, meski berjanji negaranya “akan melakukan segalanya” untuk meredakan perang.

“Jangan Naif... Kecaman tidak menyelesaikan masalah. Saya akan terkejut jika Rusia akan mundur dengan kecaman,” kata Duta Besar Qin Gang di “Face the Nation” CBS pada Minggu (20/3/2022).

Baca juga: “China Berada di Sisi Sejarah yang Benar dalam Perang Ukraina”

Qin mengatakan bahwa China telah menyerukan pembicaraan damai dan gencatan senjata.

Pada kesempatan yang sama diplomat tinggi “Negeri Tirai Bambu itu” menggembar-gemborkan "posisi unik" negara itu dengan Rusia, karena perbatasan dan "kepentingan bersama" mereka.

"Hubungan China dengan Rusia yang terpercaya, itu bukan kewajiban, sebenarnya itu adalah aset dalam upaya internasional untuk menyelesaikan krisis dengan cara damai," kata Qin dikutip dari Business Insider.

"China adalah bagian dari solusi, itu bukan bagian dari masalah."

Qin menegaskan kembali posisi negaranya bahwa kedaulatan nasional dan integritas teritorial semua negara, termasuk Ukraina, harus dihormati dan dilindungi.

“Tetapi seperti yang saya katakan, kecaman saja tidak dapat berhasil. Yang kami butuhkan adalah diplomasi yang baik berdasarkan visi, kebijaksanaan, dan keberanian," kata Qin.

Dubes China untuk AS pun menegaskan soal dukungan senjata ke Rusia. “China tidak mengirim “senjata dan amunisi ke pihak mana pun.”

Baca juga: Pejabat China Sebut Sanksi Barat terhadap Rusia Semakin Keterlaluan

Komentar Qin muncul beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden memperingatkan Presiden Xi Jinping tentang “implikasi dan konsekuensi” jika China mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

Xi meyakinkan Biden bahwa negaranya tidak menginginkan perang, menurut rilis panggilan video China pada Jumat (18/3/2022), pembicaraan pertama antara kedua pemimpin sejak invasi dilansir dari Bloomberg.

Sementara Beijing mengatakan menentang perang, mereka berhenti menyalahkan Putin atas invasi yang terjadi beberapa minggu setelah Xi menyatakan persahabatan “tanpa batas” dengan pemimpin Rusia.

Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi surat kabar Global Times yang didukung Partai Komunis China, mengatakan hubungan strategis Beijing dengan Moskow sangat penting sebagai kemampuan jangka panjangnya untuk menentang apa yang ia sebut sebagai “upaya AS membatasi kebangkitan China”.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-25 Serangan Rusia ke Ukraina, Sekolah Seni Dibom, Serangan Udara di Mykolaiv

“Dua negara – China dan Rusia – menentang hegemoni AS, dibandingkan satu negara yang menghadapi AS saja adalah dinamika geopolitik yang sama sekali berbeda,” katanya pada Minggu (20/3/2022) dalam sebuah unggahan di Weibo seperti Twitter China, di mana ia memiliki sekitar 24 juta pengikut.

“Jika AS melakukan pemaksaan strategis ekstrem terhadap China, dengan Rusia sebagai mitra, China tidak akan takut AS memberlakukan blokade energi,” tambahnya.

“Pasokan pangan kita akan lebih terjamin, begitu juga dengan banyak bahan baku lainnya.” Hu tidak membuka komentar ke akun Twitter-nya.

Komentar pro-Rusia Hu menggemakan pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng dalam pidato Sabtu (19/3/2022) yang membingkai ekspansi NATO ke arah timur sebagai katalis untuk perang.

Yucheng menyamakan kebijakan itu dengan strategi Indo-Pasifik AS, yang dipandang Beijing sebagai sebuah rencana untuk membendungnya.

Baca juga: KABAR DUNIA SEPEKAN: Rusia Duduki RS Mariupol | Netizen Indonesia Dukung Invasi ke Ukraina

“Strategi Indo-Pasifik sama berbahayanya dengan strategi NATO untuk ekspansi ke timur di Eropa,” kata Le kepada Forum Internasional Keempat tentang Keamanan dan Strategi melalui tautan video.

“Jika dibiarkan terus-menerus, itu akan membawa konsekuensi yang tak terbayangkan, dan pada akhirnya mendorong Asia-Pasifik ke dalam lubang yang berapi-api.”

Dukungan untuk Moskwa di China datang setelah Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menyebut percakapan antara Xi dan Biden sebagai diskusi yang “luar biasa jujur”.

“Kami membuat posisi kami jelas kepada China,” katanya di “State of the Union” CNN pada Minggu (20/3/2022). "Mereka berada dalam posisi yang tidak nyaman."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com