KYIV, KOMPAS.com - Rusia menginvasi Ukraina pada dini hari tanggal 24 Februari 2022, memicu konflik terburuk di Eropa dalam beberapa dasawarsa.
Saat pertempuran memasuki hari ke-21 atau minggu ketiga, dunia melihat kembali konflik yang mengguncang tatanan pasca-Perang Dingin.
Apa saja yang telah terjadi dalam tiga minggu invasi Rusia ke Ukraina? Dilansir AFP, berikut paparannya.
Baca juga: Akhir Riwayat Pierre Zakrzewski, Jurnalis Spesialis Perang yang Tertembak di Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus" untuk "demiliterisasi" dan "de-nazifikasi" negara bekas Soviet dan mendukung separatis yang didukung Moskwa.
Dia memperingatkan masyarakat internasional agar tidak ikut campur.
Invasi skala penuh dimulai dengan serangan udara dan rudal di beberapa kota.
Pasukan Ukraina melakukan perlawanan yang lebih kuat dari perkiraan, membuat frustrasi rencana Rusia untuk pengambilalihan kilat.
Presiden Volodymyr Zelensky memperoleh status pahlawan instan di Ukraina dan luar negeri dengan bersumpah untuk tetap tinggal di Kyiv dan memimpin perlawanan.
Baca juga: Pasukan Rusia Mulai Serang Pusat Pengungsi Ukraina Dekat Mariupol
Barat membebani Rusia dengan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dan bantuan militer untuk Ukraina.
Ruang udara tertutup untuk pesawat Rusia dan Rusia dikeluarkan dari satu per satu acara olahraga dan budaya, termasuk Piala Dunia. Perusahaan-perusahaan besar mulai menutup toko di Rusia.
Dengan pasukannya yang macet, Putin menempatkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi pada 27 Februari 2022.
Langkah dramatis ini, yang dibandingkan dengan Krisis Rudal Kuba 1962, dipandang sebagai peringatan bagi NATO untuk tidak campur tangan.
Baca juga: Setelah 3 Pekan Invasi ke Ukraina, Rusia Nyatakan Keinginan Damai
Saat pembicaraan sedang berlangsung, roket Rusia menghantam daerah sipil di kota kedua Ukraina, Kharkiv.
Zelensky mengajukan permohonan yang berapi-api untuk keanggotaan Uni Eropa dengan "segera".