Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nigeria Segera Mengangkut Ratusan Warganya yang Terjebak Pasca-Kabur dari Ukraina

Kompas.com - 02/03/2022, 20:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber AFP

ABUJA, KOMPAS.com - Pemerintah Nigeria pada Rabu (2/3/2022) berencana mulai menerbangkan lebih dari 1.000 warga yang terdampar di negara-negara tetangga Ukraina setelah mereka melarikan diri dari invasi Rusia.

Dilansir AFP, negara-negara Afrika telah berebut untuk membantu warga yang tinggal di Ukraina yang melintasi perbatasan ke Polandia, Rumania dan Hongaria, terutama setelah laporan bahwa beberapa dianiaya atau diblokir di perbatasan.

Tiga jet yang disewa dari maskapai lokal Max Air dan Airpeace akan berangkat pada Rabu, dengan kapasitas untuk membawa kembali hampir 1.300 orang dari Polandia, Rumania dan Hongaria, kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Pelajar India Terbunuh di Ukraina saat Antre Beli Makanan

“Pengungsi gelombang pertama diperkirakan tiba di Nigeria pada Kamis, 3 Maret,” Gabriel Aduda, sekretaris tetap kementerian, mengatakan dalam pernyataannya.

"Kami meyakinkan warga Nigeria bahwa kami bekerja sepanjang waktu untuk memastikan bahwa warga kami dibeli kembali ke rumah dengan selamat."

Duta Besar Ukraina untuk Afrika Selatan mengatakan minggu ini bahwa negara itu memiliki sekitar 16.000 siswa Afrika di sana, tetapi banyak dari negara-negara yang tidak memiliki kedutaan di Ukraina. Hal ini makin memperumit situasi.

Nigeria, negara terpadat di Afrika, memiliki 5.600 siswa di Ukraina, menurut kementerian.

Baca juga: Presiden Taiwan Sumbang Gaji Sebulan untuk Ukraina

Ghana pada Selasa (1/3/2022) membawa kembali kelompok pertama yang terdiri dari 17 dari lebih dari 500 siswa dari negara-negara tetangga Ukraina.

Pemerintah dari Afrika Selatan hingga Republik Demokratik Kongo bekerja untuk membantu warganya keluar, beberapa mengirim diplomat ke perbatasan Ukraina untuk membantu siswa yang mengeluh diblokir di Ukraina.

Uni Afrika pada hari Senin (28/2/2022) mengutuk laporan bahwa orang Afrika telah dianiaya dan dalam beberapa kasus ditolak haknya untuk melintasi perbatasan Ukraina dengan aman.

Mereka mengatakan bahwa perlakuan seperti itu "sangat rasis".

Baca juga: Rusia Siap Lanjutkan Pembicaraan Terbaru dengan Ukraina

Sekelompok sekitar 30 siswa dari Kamerun yang sampai saat ini berada di kota Kirovograd, Ukraina tengah, mengatakan hanya dalam beberapa hari terakhir mereka mengalami rasisme di Ukraina.

Sebelum perang, mereka mengatakan kepada AFP, semuanya baik-baik saja. Tetapi setelah invasi, mereka dijauhkan dari kereta api yang meninggalkan negara itu.

Pejabat Polandia mengatakan setiap orang diperlakukan sama saat melintasi perbatasan. Layanan perbatasan Ukraina juga mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada yang dicegah untuk pergi.

Baca juga: China Laporkan Seorang Warganya di Ukraina Tertembak dan Terluka

Selain hampir 680.000 pengungsi yang telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara tetangga, diperkirakan satu juta telah meninggalkan rumah mereka, tetapi masih berada di dalam Ukraina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Global
Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com