Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Perempuan Ukraina Pembuat Bom Molotov untuk Lawan Invasi Rusia

Kompas.com - 02/03/2022, 19:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KIEV, KOMPAS.com - Pada hari Vladimir Putin memerintahkan tentaranya menginvasi Ukraina, Arina telah berencana ikut kursus dansa sepulang kerja dan kemudian berpesta.

Namun tiga hari kemudian, guru Bahasa Inggris itu justru membuat bom molotov di sebuah taman.

Saya memergokinya tengah duduk di rerumputan bersama puluhan perempuan lainnya. Dia sedang memarut bongkahan polistirena, seolah-olah benda itu adalah keju, dan merobek lembaran kain untuk membuat bom molotov.

Baca juga: Biden Bahas Ukraina dalam Pidato Kenegaraan, Sebut Putin Makin Terisolasi dari Dunia

Adegan seperti itu tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang di Eropa. Pekan lalu Arina dan rekan-rekannya juga tidak berpikir bakal berbuat demikian.

Tapi, apa boleh buat, seluruh warga Dnipro tanpa terkecuali siap mempertahankan diri melawan pasukan Rusia yang terus merangsek.

"Tak ada yang mengira beginilah cara kami menghabiskan akhir pekan," ujar Arina kepada BBC.

"Tapi sepertinya ini adalah satu-satunya hal penting yang harus dilakukan sekarang," tambahnya.

Wajah dan rambut guru berusia muda itu bertabur debu putih polistirena.

Baca juga: Presiden Zelensky Ungkap Indikasi Rusia Ingin Hapus Negara dan Sejarah Ukraina

"Ini cukup menakutkan. Saya pikir kita tidak benar-benar menyadari apa yang sedang kami lakukan," ujarnya.

Tak begitu jauh dari lokasi Arina, Elena dan Yulia memberi tahu BBC bahwa mereka meninggalkan anak-anak dengan kakek-neneknya demi membantu membuat bom molotov.

"Duduk di rumah tanpa melakukan apa pun akan lebih menakutkan," kata Elena, tanpa berhenti memarut.

Dia lantas tertawa dan mengatakan bahwa dia adalah juru masak yang cemerlang, dan menurutnya proses membuat molotov tak jauh berbeda dengan meracik makanan.

'Saya tidak percaya ini terjadi pada kami, tetapi apakah ada pilihan lain yang kami miliki?" kata Elena.

Baca juga: Sumbangan Kripto untuk Ukraina Mencapai 34 Juta Dollar AS

Para perempuan Ukraina membuat bom molotov untuk melawan pasukan Rusia.BBC INDONESIA Para perempuan Ukraina membuat bom molotov untuk melawan pasukan Rusia.

Rasanya penduduk seluruh kota ini bangkit serentak bahu-membahu.

Tangga balai kota di dekat taman penuh dengan tumpukan sumbangan baju dan selimut. Orang-orang datang silih berganti membawa barang segala rupa mulai dari bensin, air, hingga keperluan toilet.

Barang-barang ini nantinya akan diberikan kepada para petempur Ukraina serta penduduk Kota Dnipro yang mengungsi. Sebagian bakal dipakai sebagai cadangan jika kota tersebut dikepung tentara Rusia.

Penggalangan ini dimulai dari inisiatif lima perempuan setempat berbekal sejumlah unggahan di media sosial.

Kini barang-barang yang datang semakin banyak dan beragam. Bahkan, ada area terpisah bagi mereka yang ingin memperoleh senjata dan ikut bertempur. Antreannya sangat panjang.

Baca juga: Militer Rusia Klaim Telah Ambil Alih Kota Kherson Ukraina

"Organisasi yang resmi kewalahan, jadi kami mendirikan pusat bantuan ini," kata Katerina Leonova.

"Apakah (Putin) benar-benar yakin bisa mengambil alih Ukraina dan me-Rusiakan Ukraina? Kami tidak takut. Kami marah," lanjutnya.

Wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia.BBC INDONESIA Wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia.

Dnipro telah merasakan dampak invasi Rusia.

Seluruh 400 ranjang di rumah sakit militer sudah penuh dan para tenaga kesehatan masih terus menerima ratusan korban setiap hari. Mereka menaruh ranjang tambahan di koridor bangsal guna menampung pasien.

"Menurut saya, kami sudah berada pada puncaknya. Pertempuran ada di semua penjuru (negara) kami," kata juru bicara rumah sakit Sergei Bachinsky.

Baca juga: Belarus Pasok Lebih Banyak Pasukan ke Perbatasan Ukraina, Bantu Invasi Rusia?

"Sebelumnya kami tahu persis di mana pertempuran berlangsung dan bisa bersiap menerima korban cedera sebelum mereka dievakuasi ke kami. Kini aliran (pasien) konstan."

Militer Ukraina tidak bisa menggunakan helikopter untuk mengangkut pasien karena Rusia akan menembak jatuh helikopter itu. Jika diangkut melalui darat, perlu waktu lebih lama untuk mencapai fasilitas penanganan darurat.

Meski demikian, Sergei berkeras bahwa penduduk hingga korban luka-luka punya daya juang tinggi.

"Bahkan pasien luka bakar atau gegar otak ingin kembali bertempur Bersama unit mereka," jelasnya.

Selagi kami berbincang, dua bus penuh berisi serdadu tiba di gerbang rumah sakit.

Serdadu yang luka namun bisa berjalan ditempatkan di fasilitas lain sehingga ranjang bisa diisi korban luka parah.

Baca juga: 70 Pria Jepang Siap Terjun ke Ukraina Lawan Invasi Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com