Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Tokoh Anti-toleransi Disebut Berpeluang Jadi PM India Gantikan Narendra Modi…

Kompas.com - 09/02/2022, 06:08 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP,Reuters

Setelah lulus, dia menjadi biksu Kuil Gorakhnath, yang dikenal dengan tradisi supremasi Hindu yang kuat, dan pada saat yang sama terjun ke dunia politik, terpilih menjadi anggota Parlemen untuk pertama kalinya pada tahun 1998 dalam usia 26 tahun.

Dalam perjalanannya, Adityanath mendirikan pasukan pemuda "main hakim sendiri" bernama Hindu Yuva Vahini.

Relawan dari kelompok itu secara teratur menyerang Muslim yang dituduh menyembelih sapi atau "cinta jihad".

"Cinta jihad" merupakan istilah yang digunakan oleh ekstremis nasionalis untuk menuduh pria Muslim merayu wanita Hindu untuk memaksa mereka pindah agama.

Sapi dianggap suci oleh umat Hindu dan penyembelihannya dilarang di banyak negara bagian India, termasuk Uttar Pradesh.

Adityanath sendiri memiliki beberapa kasus pidana yang menunggunya di berbagai pengadilan.

Baca juga: RS India Minta Maaf karena Pakai Foto Morgan Freeman dalam Iklan Perawatan Kulit

Pada 2007, dia dilaporkan telah menghabiskan 11 hari di penjara karena mencoba memicu ketegangan komunal.

"Jika mereka (Muslim) membunuh satu orang Hindu, kami akan membunuh 100 pria Muslim," sumpahnya dalam sebuah pidato saat itu.

Tetapi ketenarannya tidak menghalangi kemajuannya di dua jalur, yakni menjadi imam biksu di kuilnya dan menjadi Menteri Utama Uttar Pradesh.

Setelah mengambil kendali sebagai Menteri Utama Uttar Pradesh, Adityanath mengumumkan pembatasan rumah jagal dan penggunaan pengeras suara untuk azan, memicu suasana ketakutan dan intimidasi.

Laporan media India mengatakan lebih dari 100 tersangka kriminal—kebanyakan dari mereka Muslim atau pun kasta Dalit—telah dibunuh secara ekstra-yudisial oleh polisi Uttar Pradesh di bawah pemerintahannya. Namun, Adityanath membantahnya.

Gaya politiknya sangat selaras dengan partainya, yang telah dituduh memicu intoleransi agama untuk keuntungan elektoral, mempertanyakan kredensial sekuler dan demokratis India yang telah lama dihargai.

Baca juga: India Pamerkan Kekuatan Militer dalam Parade Hari Republik

Adityanath juga tampaknya menjadi pelengkap untuk Modi, mendorong agenda mayoritas Hindu partai dengan ganas sementara perdana menteri sampai batas tertentu dibatasi oleh kewajiban kantornya.

Di dalam partai, dia dipandang sebagai calon penerus PM Narendra Modi yang 20 tahun lebih tua darinya.

Aksinya yang kuat dalam Pemilu Uttar Pradesh yang berlangsung selama tujuh putaran pemungutan suara sebelum penghitungan pada pekan awal Maret, dianggap akan meningkatkan kemungkinan itu.

Jajak pendapat menempatkan BJP di sekitar 43 persen, jauh di depan partai sosialis Samajwadi dan cukup mudah untuk menjadi mayoritas mutlak.

"Terlalu dini untuk mengatakan tentang perannya di masa depan. Namun, jelas bahwa dia adalah yang kedua setelah Modi," kata seorang anggota BJP yang enggan disebutkan namanya kepada AFP.

"Mungkin agak terlalu dini, tetapi tentu saja dia adalah pesaing untuk pekerjaan perdana menteri," tambah politikus itu.

Baca juga: 26 Januari 1950: Republik India Berdiri

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com