Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/01/2022, 21:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

 


NORWEGIA, KOMPAS.com - Dalam kunjungan pertama ke Eropa sejak kembali berkuasa, Taliban memulai pembicaraan penting dengan diplomat Barat di Oslo, Norwegia pada Senin (24/1/2022), guna membahas krisis kemanusiaan di Afghanistan.

Namun komunitas internasional bersikeras bahwa Taliban harus menghormati hak asasi manusia sebelum bantuan dapat dilanjutkan ke negara itu.

Delegasi Taliban yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttaqi, memulai pembicaraan dengan perwakilan dari Amerika Serikat (AS), Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Uni Eropa, dan Norwegia.

Baca juga: Bantuan Kemanusiaan jadi Agenda Utama Pertemuan Taliban dengan Negara Barat

Diskusi tertutup yang difasilitasi oleh Norwegia itu diadakan di Soria Moria Hotel, di puncak bukit bersalju di luar Oslo.

Situasi kemanusiaan Afghanistan telah memburuk secara drastis sejak Agustus 2021 lalu ketika kaum fundamentalis kembali berkuasa 20 tahun setelah digulingkan.

Bantuan internasional terhenti, memperburuk keadaan jutaan orang yang sudah menderita kelaparan setelah beberapa kekeringan parah.

Thomas West, perwakilan khusus AS untuk Afghanistan, men-tweet pada hari Minggu (23/1/2022), "Ketika kami berusaha untuk mengatasi krisis kemanusiaan bersama dengan sekutu, mitra, dan organisasi bantuan, kami akan melanjutkan diplomasi mata jernih dengan Taliban mengenai keprihatinan kami dan minat kami yang tetap pada Afghanistan yang stabil, menghormati hak dan inklusif".

Belum ada negara hingga saat iniyang mengakui pemerintahan Taliban.

Norwegia sendiri telah menekankan bahwa pembicaraan kali ini -yang notabene telah dikritik oleh beberapa ahli dan anggota diaspora Afghanistan- tidak akan mewakili legitimasi atau pengakuan terhadap Taliban.

Baca juga: Hasan Akhund Minta Negara-negara di Dunia Akui Pemerintahan Taliban di Afghanistan

"Tapi kita harus berbicara dengan otoritas de facto di negara ini. Kita tidak bisa membiarkan situasi politik mengarah pada bencana kemanusiaan yang lebih buruk lagi," tegas Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt pekan lalu, sebagaimana diberitakan Kantor Berita AFP, Senin.

Sementara itu, Taliban berharap pembicaraan itu akan membantu "Mengubah suasana perang menjadi situasi damai". Hal ini disampaikan kata juru bicara pemerintah Zabihullah Mujahid kepada AFP, Sabtu (22/1/2022).

Sejak Agustus 2021, bantuan internasional, yang mendanai sekitar 80 persen anggaran Afghanistan, telah ditangguhkan dan AS telah membekukan aset senilai 9,5 miliar dollar AS di bank sentral Afghanistan.

Pengangguran telah meroket dan gaji pegawai negeri belum dibayar selama berbulan-bulan di negara itu, yang telah dirusak oleh beberapa kekeringan parah.

Kelaparan sekarang mengancam 23 juta warga Afghanistan, atau 55 persen dari populasi, menurut PBB, yang mengatakan membutuhkan $4,4 miliar dari negara-negara donor tahun ini untuk mengatasi krisis kemanusiaan.

Baca juga: Koresponden Washington Post: Dipimpin Taliban, Penderitaan Rakyat Afghanistan Makin Meluas

Pertemuan Taliban di Norwegia dianggap sebagai pemecah kebekuan

Komunitas internasional sedang menunggu untuk melihat bagaimana Taliban berniat memerintah Afghanistan setelah dituduh menginjak-injak hak asasi manusia selama masa kekuasaan pertama mereka antara tahun 1996 dan 2001.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com