Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru Sebut Obat Penekan Kekebalan Tak Tingkatkan Risiko Covid-19 Parah

Kompas.com - 23/11/2021, 14:17 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dan menggunakan obat yang menekan sistem kekebalan, disebut tidak memiliki risiko terjangkit Covid-19 parah.

Ini dibanding mereka yang memiliki sistem kekebalan normal

Dilansir The Hill, di awal pandemi, dikhawatirkan orang yang menggunakan obat imunosupresif berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 parah.

Ini karena sistem kekebalan tubuh mereka yang melemah.

Baca juga: Epidemiolog soal Gelombang Covid-19: Kuartal Pertama 2022 Masa Kritis yang Menentukan

Obat-obatan tersebut digunakan untuk mengobati kanker dan penyakit autoimun, dan untuk mencegah penolakan transplantasi.

Tapi ini dibantah hasil studi terbaru.

"Secara umum, orang yang menggunakan obat imunosupresif dapat terus melakukannya dengan aman selama pandemi ini," kata penulis utama Kayte Andersen, kandidat doktor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, di Baltimore.

Untuk mempelajari lebih lanjut, timnya menganalisis data dari hampir 222.600 orang dewasa AS yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dari Januari 2020 hingga Juni 2021.

Dari jumlah tersebut, 7 persen menggunakan obat imunosupresif sebelum dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Kenya Percepat Peluncuran Vaksin Covid-19, Hadapi Ancaman Gelombang Kelima

Para peneliti memisahkan obat imunosupresif ke dalam 17 kelas.

Mereka menemukan bahwa tidak ada yang dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi secara signifikan dari pasien yang menggunakan ventilator--indikasi Covid-19 yang parah.

Temuan tersebut dipublikasikan bulan ini di jurnal The Lancet Rheumatology.

Baca juga: PM Belanda Kesal Sebut Provokator Kerusuhan Demo Aturan Covid-19 Idiot

"Temuan ini menggembirakan dan penting, mengingat seberapa umum obat ini digunakan," kata rekan penulis studi G Caleb Alexander, seorang profesor epidemiologi di Johns Hopkins.

Para peneliti memang menghubungkan satu obat, rituximab, dengan peningkatan risiko kematian secara substansial.

Obat ini diberikan kepada pasien dengan kondisi medis serius seperti kanker atau gangguan autoimun yang tidak merespon pengobatan lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com