Hasil memilukan ini memunculkan pertanyaan besar apakah Anwar masih sosok yang tepat untuk menjadi calon PM Pakatan.
Rendahnya partipasi pemilih yang hanya menyentuh 63 persen, anjlok 20 persen lebih dari pemilu sebelumnya, menjadi faktor utama kekalahan Pakatan.
Banyak pemilih Pakatan memilih berdiam di rumah karena khawatir terinfeksi virus Covid-19.
Tidak sedikit juga yang golput karena kejenuhan terhadap krisis politik berkepanjangan Malaysia.
Baca juga: Mahathir: Pakatan Harapan Tumbang karena Dukung Anwar Ibrahim, Bukan Saya
Pakatan juga kehilangan pemilih muda Melayu yang berpaling ke UMNO atau partai Bersatu pimpinan Muhyiddin.
Bersatu sendiri memenangkan dua kursi dengan total perolehan suara yang jauh lebih baik dari prediksi.
Namun, mitra koalisi Bersatu yaitu Partai Islam se-Malaysia (PAS) dan Partai Gerakan nihil kursi.
Bagi Muhyiddin yang memimpin Malaysia selama 17 bulan, hasil ini menunjukan jalan sangat terjal yang dihadapi koalisinya untuk kembali berkuasa.
Partai Bersatu tidak berdaya menghadapi kuatnya mesin politik dan akar rumput UMNO terutama untuk menggaet suara pemilih Melayu.
Jika hasil pemilu ini direplikasi di tingkat nasional, UMNO akan memiliki peluang besar untuk meraih mayoritas yang kuat di Dewan Rakyat.
Skandal politik 1MDB yang menjadi senjata oposisi pada Pemilu 2018 tidak efektif lagi untuk menjatuhkan UMNO. Rakyat Malaysia jelas menginginkan stabilitas politik yang telah mereka nikmati ketika UMNO berkuasa selama 61 tahun.
Baca juga: Buron Skandal Korupsi Terbesar Malaysia, Jho Low, Masih Sempat Berkencan dengan Model Top AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.