RIYADH, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan sekutu Arabnya di Teluk menuduh Iran menyebabkan krisis nuklir dan mengacaukan Timur Tengah dengan rudal balistik dan pesawat tak berawak.
Peringatan itu muncul dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah pertemuan kelompok kerja AS dan Dewan Kerjasama Teluk tentang Iran, yang diadakan di Arab Saudi pada Rabu (17/11/2021) melansir AFP.
Baca juga: Uni Eropa Terpecah soal Klasifikasi Nuklir sebagai Energi Ramah Lingkungan
"Semua peserta mendesak pemerintah baru Iran untuk mengambil kesempatan diplomatik saat ini" berawal dengan dimulainya kembali pembicaraan di Wina, yang bertujuan untuk menyelamatkan perjanjian nuklir Iran, dan "mencegah konflik dan krisis," kata pernyataan itu.
Pembicaraan tidak langsung antara AS dan Iran ini ditangguhkan setelah Iran memilih presiden baru pada Juni, dan sekarang dijadwalkan untuk dilanjutkan akhir bulan ini.
Pembicaraan ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, yang merupakan perjanjian multinasional untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
AS di bawah presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian itu pada 2018. Sebagai tanggapan, Iran telah mengabaikan banyak komitmen yang dibuatnya berdasarkan perjanjian itu untuk mengekang program nuklirnya.
"Iran telah mengambil langkah-langkah yang tidak diperlukan sipil, tetapi itu akan menjadi penting untuk program senjata nuklir," kata pernyataan dari perwakilan AS, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Oman dan Kuwait.
Baca juga: PM Australia Bantah Berbohong ke Presiden Perancis soal Kapal Selam Nuklir
Negara-negara ini juga mengutuk apa yang mereka sebut "berbagai kebijakan Iran yang agresif dan berbahaya, termasuk proliferasi dan penggunaan langsung rudal balistik canggih" dan drone.
Lebih lanjut menurut pernyataan itu, “dukungan Iran kepada milisi bersenjata di seluruh kawasan dan program rudal balistiknya menimbulkan ancaman nyata bagi keamanan dan stabilitas regional.”
Beberapa negara Teluk seperti Qatar dan Oman sering dilihat sebagai saluran bagi AS untuk berkomunikasi dengan Iran.
Arab Saudi, sebuah monarki Sunni yang sangat menentang Iran Syiah, juga baru-baru ini melakukan dialog yang tenang namun nyata dengan tetangganya di bawah naungan Irak.
Negara-negara Teluk ini juga memberi pengarahan kepada Washington tentang "upaya mereka untuk membangun saluran diplomatik yang efektif dengan Iran" untuk meredakan ketegangan, meskipun dengan penghentian militer Amerika.
"AS dan negara-negara anggota GCC menekankan bahwa upaya diplomatik ini tidak akan berhasil jika Iran terus memprovokasi krisis nuklir," menurut kesimpulan pernyataan itu.
Baca juga: Imbas Masalah Migran di Perbatasan Polandia-Belarus, Rusia Kirim Dua Pembom Nuklir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.