Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia dan Malaysia Mengaku Khawatir Soal Rencana Kapal Selam Nuklir Australia

Kompas.com - 19/10/2021, 16:55 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

JAKARTA, KOMPAS.com - Malaysia dan Indonesia mengungkapkan kekhawatiran yang besar atas keputusan Australia untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir, meskipun senjata nuklir bukan bagian dari rencana tersebut.

Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan kedua negara Asia Tenggara itu sama-sama khawatir tentang konsekuensi AUKUS. Pakta keamanan trilateral ini disepakati bulan lalu antara Australia, Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Baca juga: Ramai soal AUKUS, Ini Perbandingan Kekuatan Angkatan Laut China-Australia

“Kami menyepakati isu terbaru di kawasan mengenai negara di dekat wilayah kami yang membeli kapal selam bertenaga nuklir baru,” kata Saifuddin dalam konferensi pers bersama, pada Senin (18/10/2021) setelah bertemu dengan Retno Marsudi melansir Guardian.

“Meskipun negara itu tidak memiliki kapasitas untuk senjata nuklir, kami khawatir dan prihatin.”

Indonesia bulan lalu mengaku khawatir AUKUS dapat menyebabkan perlombaan senjata regional.

Kesepakatan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Timur dan Selatan, yang menjadi jalur pengiriman senilai triliunan dolar dari sekitar sepertiga perdagangan global.

Filipina, sekutu perjanjian pertahanan AS, telah mendukung pakta itu. Manila menilai itu akan menawarkan penyeimbang yang diperlukan untuk China yang semakin agresif.

Baca juga: Sikap Indonesia dalam Pakta Kerja Sama AS-Inggris-Australia (AUKUS)

Malaysia sebelumnya mengatakan akan mencari pendapat lain tentang masalah ini, dengan China dan Asosiasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).

Sementara itu, para menteri Indonesia dan Malaysia juga menyatakan kekecewaannya, dengan kurangnya kemajuan dengan junta Myanmar. Utamanya terkait implementasi rencana perdamaian yang disepakati dengan ASEAN di Jakarta.

ASEAN pada Jumat (15/10/2021) memutuskan untuk mengecualikan pemimpin junta Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta militer Myanmar pada 1 Februari, dari pertemuan regional yang akan datang. Ini terhitung menjadi penghinaan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh blok tersebut.

Namun demikian, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan ASEAN akan terus menawarkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar.

Kedua menteri luar negeri ASEAN ini juga mengatakan sedang berdiskusi tentang memulai koridor perjalanan antara Indonesia dan Malaysia, dan telah sepakat untuk menyelesaikan perbatasan laut maritim di Malaka selatan dan Laut Sulawesi.

Baca juga: Singapura Dukung Australia Bentuk Pakta AUKUS dengan AS dan Inggris


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com