MINSK, KOMPAS.com - Masuknya migran di perbatasan Polandia dan Belarus, yang juga perbatasan timur Uni Eropa, menyebabkan krisis yang meningkat.
Krisis migran di perbatasan Belarus dan Polandia ini dikhawatirkan juga akan berkembang di Eropa.
Dikutip dari AFP pada Rabu (10/11/2021), berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang krisis migran di perbatasan Belarus-Polandia.
Baca juga: Perbatasan Polandia-Belarus Memanas akibat Arus Ribuan Migran
Beberapa ribu migran yang ingin masuk Uni Eropa terjebak di sepanjang perbatasan berhutan antara kedua negara, dengan sekitar 2.000 di antaranya berada di kamp darurat yang menghadap desa Kuznica di Polandia.
Ada perempuan dan anak kecil di antara mereka, terjebak di perbatasan dalam kondisi ekstrem dengan suhu di bawah nol derajat Celsius pada malam hari ketika musim dingin mendekat.
Menurut otoritas Polandia, kelompok migran ini melakukan beberapa upaya untuk memaksa masuk melalui perbatasan pada Selasa (9/11/2021) dan Rabu (10/11/2021).
Video yang diterbitkan oleh pihak Polandia menunjukkan beberapa migran menggunakan cabang pohon untuk merobohkan pagar kawat berduri, yang didirikan tentara Polandia di sepanjang perbatasan.
Sedikitnya sepuluh orang tewas dalam bentrokan beberapa pekan terakhir, menurut harian Polandia Gazeta Wyborcza. Sebanyak tujuh dari mereka tewas di sisi perbatasan Polandia.
Sebagian besar migran yang menuju perbatasan timur Uni Eropa melarikan diri dari konflik atau kemiskinan di Timur Tengah dan Afrika.
Mayoritas dari mereka adalah orang Kurdi dari Irak utara. Selama tiga bulan terakhir, 1.600 orang tiba di Belarus dengan visa turis dari Kurdistan Irak, menurut Asosiasi Pengungsi Kurdistan.
Seorang perempuan Polandia yang tinggal di dekat perbatasan mengatakan kepada AFP, dia juga melihat migran dari Yaman, Pantai Gading, bahkan Kuba.
Baca juga: Situasi Terkait Migran Makin Panas, Presiden Belarus Hina Polandia dan Uni Eropa
Uni Eropa menuduh rezim Alexander Lukashenko sengaja membuat krisis migrasi sebagai tanggapan sanksi Barat atas tindakan brutalnya terhadap oposisi tahun lalu.
Lukashenko, yang memerintah Belarus sejak 1994, membantah klaim tersebut.
Akan tetapi pada akhir Mei, dia memperingatkan Uni Eropa bahwa Belarus tidak akan menghentikan obat-obatan terlarang dan migran menuju Eropa.
Polandia menuduh Belarus memberikan visa transit kepada warga dari beberapa negara untuk menarik minat migran, serta mengatur transportasi mereka ke perbatasan dan bahkan memberi mereka alat untuk memotong pagar.
Lukashenko dituduh menakut-nakuti Eropa dengan gelombang besar migran, yang membuka kenangan buruk krisis 2015 ketika ratusan ribu orang menuju Yunani dari negara tetangga Turki.
Pada awal 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga memainkan skenario ini dengan membiarkan puluhan ribu migran melewati perbatasan Yunani.
Polandia juga memberlakukan keadaan darurat di daerah perbatasan dan mengizinkan pasukan keamanannya untuk mendorong para migran kembali ke Belarus.
Hubungan antara pemerintah nasionalis Polandia dan Brussels tegang. Uni Eropa khawatir dengan reformasi peradilan yang kontroversial, memperburuk kebebasan pers, dan masalah hak-hak perempuan.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel menuju Warsawa pada Rabu untuk bertemu dengan Perdana Menteri Mateusz Morawiecki.
Baca juga: Presiden Belarus Ancam Putus Pasokan Gas ke Uni Eropa Imbas Konflik Perbatasan
Polandia menuduh Rusia - sekutu utama Belarus - berada di balik krisis migran, tetapi Moskwa tetap bungkam sampai sekarang.
Sadar akan pengaruh Moskwa atas Minsk, Uni Eropa dan Jerman pada Rabu meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk campur tangan dan membantu mengakhiri krisis migran.
Dilemahkan oleh sanksi Barat, rezim Lukashenko sangat bergantung pada bantuan keuangan, politik, dan militer Rusia.
Namun, Putin menyarankan Uni Eropa harus terlibat dalam kontak langsung dengan Minsk mengenai krisis migran di perbatasan Polandia-Belarus ini.
Baca juga: Polandia Sebut Putin Dalang Gelombang Migran Telantar di Perbatasan Belarus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.