Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswa Indonesia Betah Kuliah di Australia, Ini Berbagai Sebabnya...

Kompas.com - 28/10/2021, 23:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

ADELAIDE, KOMPAS.com - Adista Nuratika yang saat ini berada di Jakarta sudah tak sabar lagi untuk kembali ke Australia, melanjutkan kuliahnya di Adelaide University.

"Begitu border (perbatasan) buka, saya tinggal pesan tiket dan berangkat," ujarnya kepada wartawan ABC Indonesia Farid M Ibrahim.

Adista adalah salah seorang dari ribuan mahasiswa internasional yang menjalani perkuliahan di perguruan tinggi di Australia secara daring dari negaranya masing-masing.

Baca juga: Banyak Pelajar di Australia Utara Belajar Bahasa Indonesia karena Kemiripan Budaya

Seorang agen pendidikan dari Masiratna Study Abroad (MSA) di Melbourne, Tengku Kelana Jaya, menyebutkan ada ribuan mahasiswa internasional yang tertahan di luar Australia akibat penutupan perbatasan Australia pada Maret 2020.

Menurut Kelana, dibandingkan dengan Australia, negara seperti Amerika, Inggris dan Kanada sudah terlebih dahulu membuka perbatasan mereka untuk menerima pelajar internasional kembali.

"Sedangkan mahasiswa internasional di Australia masih terhambat karena perbatasan masih tutup," ujarnya.

Kelana mengatakan Australia saat ini tetap menjadi destinasi populer di kalangan mahasiswa internasional, terutama asal Indonesia, Malaysia, Singapura dan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Permintaan mahasiswa internasional untuk mendaftar kuliah melalui agen MSA tetap ada di saat pandemi, ujarnya.

"Ada juga yang bilang, saya tidak apa-apa biar kuliah online. Buat mereka yang mau sekolah di tempat bagus, biarpun online tidak ada masalah," ujarnya.

Memiliki rencana menetap di Australia

Mahasiswa Adelaide University Adista Nuratika mengatakan Australia sangat atraktif sebagai tempat kuliah karena pathway untuk menjadi penduduk tetap (PR) lebih terstruktur.DOK ADISTA NURATIKA via ABC INDONESIA Mahasiswa Adelaide University Adista Nuratika mengatakan Australia sangat atraktif sebagai tempat kuliah karena pathway untuk menjadi penduduk tetap (PR) lebih terstruktur.
Adista pernah mengambil double degree antara Universitas Indonesia dan Deakin University,.

Ia tetap memutuskan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi di Australia, meski dilakukan secara jarak jauh dari Jakarta.

Adista sebenarnya berencana untuk mendaftar jadi permanent resident (PR) atau penduduk tetap di Australia setelah lulus S-1 tahun 2019 lalu.

"Tapi orangtuaku tidak mau kalau saya jadi PR padahal belum dapat pekerjaan. Makanya disuruh balik dulu [ke Indonesia]," katanya.

Adisti mengaku ia kembali memilih Australia sebagai tujuan studinya karena sudah lebih akrab dengan negara ini.

"Alasan kedua, kita bisa menjadi PR, karena saya rencananya mau tinggal Idi Australia). Jadi mau melamar TR (temporary resident) dan kemudian PR," ujarnya.

Baca juga: Kisah David Purnomo, Masih 14 Tahun Sudah Diterima Kuliah di AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com