Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Militer China-Taiwan dalam Kondisi “Terburuk dalam 40 Tahun”

Kompas.com - 06/10/2021, 17:24 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

TAIPEI, KOMPAS.com - Ketegangan Militer China-Taiwan dalam kondisi terburuk dalam 40 tahun, menurut Menteri Pertahanan Taiwan, memperingatkan risiko serangan tidak disengaja antara keduanya.

Komentar Chiu Kuo-cheng tersebut muncul setelah China mengirim jet militer dalam jumlah yang mencapai rekor terbanyak, ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat hari berturut-turut.

Baca juga: China Diprediksi Bisa Menginvasi Penuh Taiwan pada 2025

Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat. Sementara China memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Pandangan Beijing itu tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mencapai penyatuan.

Sementara jet China belum diterbangkan ke pulau Taiwan. Namun Chiu memperingatkan bahwa ada risiko "misfire" (serangan tidak disengaja), melansir BBC pada Rabu (6/10/2021).

Dia juga memperingatkan China akan mampu melakukan invasi skala penuh ke pulau itu pada 2025.

Pernyataan itu disampaikan ketika komite parlemen di Taipei, mempertimbangkan tagihan pembelanjaan pertahanan multi-miliar dolar, untuk membangun rudal dan kapal perang.

Mengakui bahwa China sudah memiliki kapasitas untuk menyerang, Chiu mengatakan langkah seperti itu (invasi) akan menjadi lebih mudah di tahun-tahun mendatang, meskipun dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Baca juga: Biden Yakini Xi Jinping Kali Ini Akan Patuhi Zona Identitas Pertahanan Udara Taiwan

Taiwan memisahkan diri dari daratan China ketika komunis merebut kekuasaan pada 1949.

Analis memperingatkan bahwa Beijing menjadi semakin khawatir, bahwa pemerintah Taiwan sedang menggerakkan pulau itu menuju deklarasi kemerdekaan formal.

Karena itu, China ingin menghalangi Presidennya Tsai Ing-wen dari mengambil langkah apa pun ke arah rencana itu.

Sejumlah sekutu Barat Taiwan telah menyatakan keprihatinannya atas kekuatan militer China yang ditampilkan secara terbuka baru-baru ini.

Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan “rekannya” Xi Jinping, Presiden China, telah setuju untuk mematuhi "perjanjian Taiwan".

Biden tampaknya merujuk pada kebijakan lama "satu China", Washington di mana ia mengakui China daripada Taiwan.

Namun, perjanjian ini juga memungkinkan Washington untuk mempertahankan hubungan "tidak resmi yang kuat" dengan Taiwan.

Baca juga: Taiwan Bersiap Perang Melawan China dan Meminta Bantuan Australia

AS menjual senjata ke Taiwan sebagai bagian dari Undang-Undang Hubungan Taiwan Washington, yang menyatakan bahwa AS harus membantu Taiwan mempertahankan diri.

Kebijakan "Satu China", yang diyakini telah dirujuk oleh Biden dan Xi, adalah landasan utama hubungan China-AS.

Tetapi, itu berbeda dari prinsip Satu China, di mana China menegaskan Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dicabut dari satu China, dan akan bersatu kembali suatu hari nanti.

"Saya telah berbicara dengan Xi tentang Taiwan. Kami setuju ... kami akan mematuhi perjanjian Taiwan," kata Presiden Biden.

"Kami menjelaskan bahwa saya tidak berpikir dia harus melakukan apa pun selain mematuhi perjanjian.”

Baca juga: Presiden Taiwan Peringatkan Konsekuensi Serius jika Negaranya Jatuh ke Tangan China


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com