Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lama Diblokir, Trump Minta Hakim Desak Twitter Pulihkan Akunnya

Kompas.com - 02/10/2021, 19:09 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Mantan Presiden AS Donald Trump meminta hakim federal di Florida untuk mendesak Twitter memulihkan akunnya.

Sebagaimana diketahui, Twitter memblokir akun Twitter Trump pada Januari tak lama setelah serangan di Gedung Capitol, Washington DC, pada Januari.

Trump mengajukan perintah awal pengadilan terhadap Twitter di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan Florida.

Baca juga: Putin Dituding Bawa Penerjemah Rusia yang Cantik untuk Mengganggu Perhatian Trump

Trump beralasan, perusahaan media sosial tersebut "dipaksa" sejumlah anggota Kongres AS agar menangguhkan akunnya.

Twitter dan sejumlah perusahaan media sosial lainnya melarang Trump menggunakan platform mereka setelah pendukungnya menyerbu Gedung Capitol.

Serbuan itu terjadi setelah Trump sebelumnya berpidato mengenai klaimnya yang salah bahwa dia telah dicurangi dalam pilpres AS.

Klaim Trump tersebut disangkal oleh banyak pengadilan dan petugas pemilu negara bagian sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (2/10/2021).

Baca juga: Jenderal AS: Kesepakatan Trump dan Taliban Jadi Penyebab Kejatuhan Afghanistan

Pengacara Trump menuturkan bahwa Twitter menjalankan kekuasaan dan kontrol atas wacana politik di AS yang sangat dominan.

“Secara historis belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat berbahaya untuk membuka debat demokratis,” kata pengacara Trump.

Twitter menolak mengomentari pengajuan tersebut ketika dihubungi oleh Reuters.

Ketika menghapus akun Trump secara permanen, Twitter mengatakan twit dari Trump telah melanggar kebijakan mereka mengenai larangan mendukung kekerasan.

Twitter menambahkan, saat itu twit dari Trump sangat mungkin untuk mendorong orang untuk meniru apa yang terjadi dalam kerusuhan Capitol.

Baca juga: Mantan Penasihat Trump Peringatkan Taliban Bisa Dapat Ratusan Senjata Nuklir

 

Sebelum dia diblokir, Trump memiliki lebih dari 88 juta pengikut di Twitter dan menggunakannya sebagai ujung tombak dalam komunikasi publik.

Dalam pengajuannya, Trump bahkan membuat perbandingan perlakuan yang dia terima dengan Taliban.

Dia mengatakan, Twitter mengizinkan Taliban mengetwit secara teratur tentang kemenangan mereka di Afghanistan.

Sedangkan selama masa kepresidennya, Twitter beberapa kali menyensor dan melabeli twit Trump sebagai informasi yang menyesatkan.

Pada Juli, Trump menggugat Twitter, Facebook dan Google Alphabet, serta menuduh mereka secara tidak sah membungkam sudut pandang konservatif.

Baca juga: Trump Klaim Mendengar Kabar Ada Kantong Mayat di Lab Wuhan sebelum China Umumkan Kasus Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com