Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Uskup Katolik Kanada Minta Maaf Atas Kasus Pelecehan Anak di Sekolah Asrama

Kompas.com - 25/09/2021, 21:46 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

OTTAWA, KOMPAS.com - Uskup Katolik di Kanada meminta maaf “dengan tegas” kepada masyarakat adat Kanada atas pelecehan anak selama satu abad di sekolah-sekolah asrama, yang dikelola gereja.

Pendidikan itu merupakan bagian dari program pemerintah Kanada untuk “mengasimilasikan” mereka ke dalam masyarakat Kanada.

Baca juga: Jenazah Anak Korban Genosida Ditemukan, Hari Kanada 2021 Dibatalkan

Tetapi langkah tersebut masih jauh dari rekomendasi agar Paus Fransiskus, sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma, juga meminta maaf.

“Kami mengakui pelanggaran berat yang dilakukan oleh beberapa anggota komunitas Katolik kami; fisik, psikologis, emosional, spiritual, budaya, dan seksual,” menurut pernyataan dari Konferensi Waligereja Katolik Kanada yang diterbitkan pada Jumat (24/9/2021) melansir Reuters.

Lebih lanjut dalam pernyataan itu mengatakan, para Uskup Katolik Kanada bersama dengan entitas Katolik yang terlibat langsung dalam pengoperasian sekolah, menyampaikan permintaan maaf yang tulus.

“Kami mengungkapkan penyesalan mendalam kami dan meminta maaf dengan tegas,” kata pernyataan itu.

Pengalaman anak-anak Pribumi, dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka di bawah kebijakan pemerintah Kanada, menjadi sorotan setelah survei radar menemukan bukti jasad lebih dari 1.000 anak-anak yang dikuburkan di daerah yang tidak ditandai.

Temuan beberapa bulan terakhir itu berada di halaman asrama yang dikelola gereja. Mereka kemudian digambarkan sebagai korban genosida budaya.

Baca juga: Patung Ratu Elizabeth II dan Ratu Victoria Dihancurkan, Buntut Temuan Makam Massal Anak Kanada

Pada Juni, Paus Fransiskus mengungkapkan rasa sakitnya atas penemuan jasad 215 anak di sebuah sekolah asrama yang dikelola gereja, tetapi tidak menyampaikan permintaan maaf.

Sistem, yang beroperasi antara 1831 dan 1996, memindahkan sekitar 150.000 anak-anak Pribumi dari keluarga mereka. Mereka lalu dibawa ke sekolah asrama Kristen yang dijalankan atas nama pemerintah federal.

Mereka dipaksa masuk Kristen dan tidak diizinkan berbicara bahasa ibu mereka. Banyak yang dipukuli dan dicaci maki, dan hingga 6.000 orang dikatakan telah meninggal.

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada (TRC), dibentuk untuk menyelidiki efek dari sistem sekolah asrama itu.

Dalam laporannya pada 2015, disebutkan bahwa anak-anak itu mengalami kekurangan gizi, dipukuli, dan dilecehkan sebagai bagian dari sistem yang disebut sebagai “genosida budaya.”

Permintaan maaf kepausan adalah salah satu dari 94 rekomendasi dari KKR.

Tetapi Konferensi Waligereja Kanada mengatakan pada 2018 bahwa paus merasa dia tidak dapat secara pribadi meminta maaf atas sekolah-sekolah yang dikelola per-wilayah secara mandiri.

Baca juga: Bukti Dianggap Cukup, Warga Kanada Ini Tak Bisa Lolos dari Hukuman Mati di China

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com