KABUL, KOMPAS.com - Taliban menghapus mural yang menghiasi dinding ibukota Afghanistan hasil karya seniman Afghanistan dan masyarakat dan menggantinya dengan tulisan slogan hitam putih.
Kolektor seni aktivis Afghanistan Omaid Sharifi, pendiri ArtLords, menghabiskan delapan tahun mengubah bentangan dinding beton labirin Kabul dengan mural berwarna-warni.
Baca juga: Protes Pecah di Kabul, Taliban Kunci Perempuan Afghanistan di Ruang Bawah Tanah
Mereka menciptakan lebih dari 2.200 mural di seluruh negeri yang membahas segala hal mulai dari pembunuhan George Floyd di AS, dan penenggelaman pengungsi Afghanistan di Iran.
Ada juga mural tentang kesetaraan gender dan penandatanganan perjanjian AS-Taliban menuju perdamaian.
Namun, dalam beberapa minggu setelah kaum militan mengambil alih ibu kota, banyak karya seni jalanan ditutup cat baru, digantikan oleh slogan-slogan propaganda hitam putih, bersamaan dengan upaya Taliban menerapkan kembali visi keras mereka di Afghanistan.
Salah satu mural di tengah Kabul yang dihapus adalah lukisan jalan yang didedikasikan untuk dokter dan pekerja bantuan Jepang, Tetsu Nakamura, yang terbunuh pada 2019.
Mural itu diganti dengan slogan yang memberi selamat kepada bangsa atas “kemenangan” Taliban, mengacu pada pengambilalihan negara oleh milisi.
Daily Mail pada Selasa (8/9/2021) melaporkan sejumlah pekerja menggulung cat putih di atas karya seni jalanan itu, dab dilaporkan dibayar kurang dari 7 dollar AS setara kurang dari Rp 100.000 per hari.
Omaid Sharifi (34 tahun), salah satu pendiri ArtLord, mengaku tidak kaget dengan hal itu. Dia sendiri terpaksa melarikan diri ke UEA demi keselamatannya.
Menurutnya mural adalah “jiwa Kabul” dan mewakili suara orang-orang Afghanistan dan menutup lukisan-lukisan itu seperti meletakkan kain kafan di atas kota.
“Beberapa mural ini adalah jiwa Kabul. Mereka memberikan keindahan kota dan kebaikan kepada orang-orang Kabul yang menderita,” ujarnya kepada Guardian.
Taliban removes street murals and repaints walls in Kabul.#TalibanTakeover #Weapons #US #Afghanistan #PanjshirValley #AfghanistanHostageCrisis pic.twitter.com/EK5NSW0Sh4
— ASD News (@MediaAsd) September 6, 2021
Baca juga: Mantan Presiden Afghanistan Kembali Minta Maaf Telah Tinggalkan Negaranya
Banyak dari mural itu bercerita tentang keinginan, tuntutan, dan permintaan rakyat Afghanistan. Jadi suara Afghanistan terpatri di dinding itu. Mural itu juga menentang korupsi dan mendorong transparansi.
Dia mengatakan bahwa mural adalah milik masyarakat Afghanistan karena ketika setiap lukisan dilukis, ArtLords mengundang hingga 200 orang untuk melukisnya.
Selama masa kekuasaan pertama Taliban, dari 1996 hingga 2001, tidak ada media lokal dan gambar manusia dan hewan dilarang.
Sekarang, seni jalanan kota yang cerah dan berwarna-warni telah diganti dengan teks hitam-putih, yang mengatakan bahwa Taliban “adalah saudara dan putra Anda, mereka adalah pelindung tanah dan rakyat ini”.
Di antara mural yang terhapus adalah salah satu yang menunjukkan utusan khusus AS Zalmay Khalilzad dan salah satu pendiri Taliban Abdul Ghani Baradar berjabat tangan, setelah menandatangani kesepakatan Doha 2020 untuk menarik pasukan Amerika dari Afghanistan.
Itu telah digantikan oleh kutipan yang mengatakan bahwa Taliban adalah “pembela sejati” negara.
Pintu masuk bekas kedutaan AS di Kabul juga ditutupi dengan lukisan besar bendera Taliban setelah ditinggalkan oleh diplomat AS pada 15 Agustus, ketika kota itu jatuh ke tangan kelompok militan di tengah penarikan Amerika yang kacau dari negara itu.
And it begun. The Taliban have started painting over our murals. They started with the historic one that marked the signing of #DohaDeal. #BaradarKhalilzadMural is no more. Instead, the black and white message says don’t trust the enemy’s propaganda, quoting Mullah Haibatullah. pic.twitter.com/Pls4McUQkj
— Omaid H. Sharifi-???? ????? ????? (@OmaidSharifi) September 3, 2021
Baca juga: PM Interim Afghanistan Minta Orang yang Bekerja dengan AS untuk Pulang
Sharifi mendirikan ArtLords pada 2014, dan menggunakan seni untuk mengkampanyekan perdamaian, keadilan sosial, dan akuntabilitas.
Kelompok produktif ini juga sering mempermalukan pemerintah yang berkuasa di Afghanistan dengan seni jalanan, termasuk panglima perang dan pejabat pemerintah yang diduga korup.
Sebaliknya, mereka menggambarkan juga penghormatan pada pahlawan Afghanistan, menyerukan dialog alih-alih kekerasan, dan menuntut hak bagi perempuan.
Anggota ArtLords melawan ancaman pembunuhan dan dicap kafir oleh kelompok ekstremis.
Puluhan ribu warga Afghanistan bergegas ke bandara Kabul saat ibu kota jatuh, takut akan kehidupan di bawah Taliban, di antaranya sejumlah seniman dan aktivis seperti Sharifi.
"Ini adalah pilihan yang sangat sulit (untuk pergi), dan saya hanya berharap tidak ada yang pernah mengalami apa yang kami alami," katanya.
“Afghanistan adalah rumah saya, itu identitas saya ... Saya tidak bisa mencabut semua akar saya dan menanam diri saya di bagian lain dunia.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Entrance to the (former?) US embassy in Kabul today
Murals freshly painted over with a giant Taliban flag pic.twitter.com/ASE4I0zvoG
— Emma Graham-Harrison (@_EmmaGH) September 6, 2021