"Jika seseorang telah mengembangkan SARS-CoV-2 seperti ini, saya akan mengatakan mereka melakukannya dengan cara yang tidak tepat sasaran," kata Drosten.
Para peneliti kemungkinan besar hanya mengubah karakteristik yang sangat spesifik untuk tujuan penelitian.
SARS-CoV-2, bagaimanapun, penuh dengan penyimpangan dari virus pertama, menunjukkan bahwa mereka kemungkinan berkembang sebagai bagian dari proses alami.
Baca juga: Vietnam Bersedia Bayar Penyintas Covid-19 Rp 5 Juta Per Bulan, asalkan...
Teori bahwa para peneliti China bereksperimen dengan virus corona berbahaya seperti RaTG13 atau RmYN02 dan bahwa SARS-CoV-2 dilepaskan secara tidak sengaja tetap ada. Para pejabat China dengan tegas menyangkal isu tersebut.
Para ahli WHO yang dikirim ke China juga mengklasifikasikan kecelakaan seperti itu sebagai sangat tidak mungkin, berdasarkan data yang tersedia bagi mereka. Antara lain, evolusi virus menentang hal ini.
Selain itu, Institut Virologi Wuhan menggunakan laboratorium dengan keamanan tinggi yang sesuai dan tidak ada indikasi kecelakaan laboratorium atau penyakit mencurigakan di antara karyawan dalam data yang dibagikan kepada penyelidik WHO.
Namun, data yang ada tampaknya tidak mengatakan yang sebenarnya, menurut AS.
Berdasarkan laporan intelijen yang dikutip oleh Wall Street Journal, tidak disebutkan tiga pegawai lembaga tersebut yang pada November 2019 yang dikabarkan jatuh sakit parah dengan gejala mirip Covid-19 sehingga harus dirawat di klinik. Kemudian China mengklaim itu tidak pernah terjadi.
Baca juga: Kenapa Pangkalan Militer di AS Jadi Target Konspirasi China Soal Asal-usul Covid-19?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.