Ali Jan Tata ditembak di dada, dan Rasool ditembak di leher. Menurut saksi mata, dada Zia Faqeer Shah penuh dengan peluru.
Tiga orang lagi tewas di desa asal mereka. Saksi mata mengatakan kepada Amnesty International bahwa Sayeed Ahmad (75 tahun) bersikeras Taliban tidak akan menyakitinya karena dia sudah tua, dan bahwa dia hanya bermaksud kembali untuk memberi makan ternaknya.
Namun ia salah, dia ditembak 2 kali di dada hingga tewas oleh Taliban.
Ketika Taliban mengambilalih desa Mundarakht, distrik Malistan pada 3 Juli, kelompok itu membunuh Zia Marefat (28 tahun), dengan tembakan saat dia berjalan sendirian ke ilok.
Karim Bakhsh Karimi (45 tahun), juga ditembak di kepala.
Amnesty International mengatakan bahwa kasus pembunuhan pria itu kemungkinan hanya sebagian kecil dari korban tewas yang ditimbulkan oleh Taliban.
Semetara, kelompok itu telah memutus layanan telepon seluler di banyak daerah yang baru-baru ini mereka tangkap, mengendalikan foto dan video mana yang dibagikan dari wilayah ini.
Agnes Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International, mengatakan "kebrutalan berdarah dingin dari pembunuhan ini adalah pengingat dari rekor masa lalu Taliban, dan indikator mengerikan dari apa yang mungkin dibawa oleh pemerintahan Taliban".
Baca juga: Afghanistan Sekarang: Tidak Ada yang Percaya Apa Pun yang Keluar dari Mulut Taliban
“Pembunuhan yang ditargetkan ini adalah bukti bahwa etnis dan agama minoritas tetap berada dalam risiko khusus di bawah pemerintahan Taliban di Afghanistan,” kata Callamard.
Amnesty mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi resolusi darurat yang menuntut agar Taliban menghormati hukum hak asasi manusia internasional.
Ini juga meminta Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk meluncurkan “mekanisme investigasi yang kuat untuk mendokumentasikan, mengumpulkan dan melestarikan bukti kejahatan yang sedang berlangsung dan pelanggaran hak asasi manusia”.
Setelah menguasai Kabul, Taliban telah berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai lebih moderat daripada ketika memberlakukan aturan brutal pada 1990-an.
Dalam konferensi pers pada Selasa (17/8/2021), seorang juru bicara Taliban mengatakan bahwa kelompok itu tidak memiliki rencana untuk melakukan serangan balasan terhadap siapa pun yang bertugas di pemerintahan sebelumnya, bekerja dengan orang asing atau merupakan bagian dari pasukan keamanan nasional.
Namun, itu sebuah laporan penilaian ancaman rahasia PBB mengatakan para kelompok teror itu dari pintu ke pintu, mencari lawan dan keluarga mereka, dan juga menyaring orang-orang dalam perjalanan ke bandara Kabul.
Baca juga: Afghanistan Sekarang: Tidak Ada yang Percaya Apa Pun yang Keluar dari Mulut Taliban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.