Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Varian Delta, Papua Niugini Akan Lakukan Tes Swab pada Jenazah

Kompas.com - 19/08/2021, 12:59 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Para pejabat Papua Niugini (PNG) sangat khawatir karena tingkat pengujian Covid-19 yang rendah di negara itu mungkin menutupi wabah serius.

Mereka pun memerintahkan dokter di rumah sakit terbesar di negaranya melakukan tes swab Covid-19 semua mayat, yang meninggal karena penyebab yang tidak diketahui atau yang memiliki penyakit pernapasan, untuk melihat apakah mereka memiliki Covid-19.

Baca juga: 1 Kasus Varian Delta Muncul, Selandia Baru Lockdown Nasional 3 Hari

“Pengujian di PNG juga berkurang sejak Maret, sulit untuk mengetahui seberapa luas transmisi varian Delta di dalam negeri,” kata Dr Daoni Esorom, Wakil Pengontrol Respons Pandemi Nasional PNG melansir Guardian pada Rabu (18/8/2021).

Salah satu kepala petugas kesehatan PNG telah memperingatkan bahwa tingkat tes yang rendah di negara itu, persentase tes positif yang tinggi, dan tingkat vaksinasi yang rendah menjadikannya “resep untuk penyebaran utama varian Delta", saat negara itu mencatat kasus ke-12 dari varian Covid-19 yang mematikan.

“Jika Anda memiliki tingkat pengujian yang rendah, dan memiliki deteksi kasus positif yang tinggi (saat ini 12 persen) dan Anda memiliki kumpulan besar orang yang tidak divaksinasi, itu adalah resep untuk penyebaran utama varian Delta.”

Apa lagi menurutnya, ada bukti anekdotal dari rumah sakit Modilon Madang tentang peningkatan jumlah kematian yang tidak diketahui penyebabnya dan juga di rumah sakit Umum Port Moresby.

“Sejak itu kami telah mengirimkan surat edaran yang dikirim ke rumah sakit Umum Port Moresby untuk melakukan tes swab Covid-19 kepada semua mayat dengan penyebab kematian yang tidak diketahui, dan yang menderita penyakit pernapasan,” katanya.

Baca juga: Ada 7 Kasus Domestik Covid-19 karena Varian Delta, Selandia Baru Lockdown

Varian Delta pertama kali terdeteksi di PNG pada 10 Juli setelah kapten kapal dari Filipina dan salah satu krunya dinyatakan positif, menjalani isolasi di fasilitas isolasi rumah sakit Umum Port Moresby selama 15 hari.

Negara itu sekarang memiliki 12 kasus varian Delta yang dikonfirmasi, tiga terakhir terdeteksi di provinsi Barat.

Sebuah tim telah dikirim ke provinsi tersebut untuk membantu pelacakan kontak dan memberikan saran teknis serta panduan tentang bagaimana merespons di lapangan. Tindakan serupa diambil minggu lalu ketika kasus terdeteksi di Madang di timur laut negara itu.

Covid-19 Papua Niugini secara resmi mencatat 17.827 kasus dan 192 kematian sepanjang pandemi.

Wabah pada Maret membuat mitra PNG berebut untuk mengirim dosis vaksin darurat ke negara Pasifik, tetapi peluncuran vaksinnya lambat. Kurang dari 100.000 dosis diberikan di antara populasi sekitar sembilan juta orang.

Otoritas kesehatan PNG tidak mengonfirmasi berapa banyak dari dosis itu adalah dosis pertama atau kedua.

Tetapi pada Juli, hanya 60.000 orang – atau 0,6 persen dari populasi – yang telah menerima dosis pertama mereka, dengan lebih dari 2.800 orang telah menerima dosis kedua.

Baca juga: Varian Delta Merajalela, Filipina Terapkan Lockdown yang Lebih Ketat

Dr Rendi Moke, ketua komite Covid-19 di rumah sakit Umum Port Moresby, mengatakan mereka waspada terhadap kemungkinan lonjakan kasus Delta, setidaknya untuk sisa tahun ini.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Global
Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Global
Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com