Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Warga Sipil Korban Perang di Afghanistan Capai Rekor Tertinggi, 783 Tewas dan 1.609 Terluka

Kompas.com - 26/07/2021, 16:07 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Jumlah warga sipil yang tewas dan terluka dalam perang di Afghanistan mencatatkan rekor tertinggi sejak 1 Mei, ketika pasukan internasional mulai menarik pasukan terakhir mereka dan Taliban melancarkan serangan besar-besaran.

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat tingkat korban dalam 6 bulan pertama pada 2021 dan "kenaikan akut" terjadi dalam 2 bulan terakhir sejak 1 Mei.

Dalam 2 bulan sejak 1 Mei itu ada warga sipil sebanyak 783 tewas dan 1.609 terluka, hampir setara dengan jumlah korban selama 4 bulan pertama 2021, serta angka tertinggi untuk Mei dan Juni sejak PBB mulai membuat catatan pada 2009.

Baca juga: Dukung Afghanistan Lawan Taliban, AS Janji Terus Lancarkan Serangan Udara

Kemungkinan jumlah itu juga menjadi yang terburuk sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan pada 2001, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Senin (26/7/2021). 

PBB melaporkan bahwa banyak korban perang di Afghanistan, sejauh ini sebagian besar berasal dari pertempuran di daerah pedesaan.

Perlindungan Warga Sipil dalam Konflik Bersenjata mengatakan, jika konflik meningkat ke kota-kota yang lebih banyak populasinya, maka dapat menjadi bencana besar.

Sebagian negara Afghanistan telah jatuh di tangan Taliban sejak mereka meluncurkan serangan pada 2 bulan lalu, bersamaan dengan tenggat waktu yang ditetapkan pihak otoritas untuk pasukan asing meninggalkan negara itu.

Baca juga: Taliban Bergerak Maju dengan Cepat, Afghanistan Terapkan Jam Malam

“Saya memohon kepada para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk memperhatikan seluruh konflik yang suram dan menakutkan serta dampak yang merusak terhadap warga sipil," kata Deborah Lyons, perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan.

"Laporan memberikan peringatan yang jelas tentang jumlah warga sipil Afghanistan yang akan binasa dan cacat tahun ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika kekerasan meningkat tidak dibendung," ujar Lyons.

PBB menyrbutkan bahwa hampir dua pertiga dari korban disebabkan oleh serangan kelompok pemberontak, termasuk ISIS.

Sekitar seperempatnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan sekutunya. Yang lain tidak dapat dengan jelas dikaitkan dengan kelompok mana pun.

Baca juga: Joe Biden Tegaskan Dukungan ke Afghanistan, Gelontorkan Bantuan Rp 1,4 Triliun

Tidak ada korban sipil yang dikaitkan dengan tindakan pasukan internasional untuk pertama kalinya sejak PBB mulai membuat catatan. Konflik sekarang hampir seluruhnya antara warga Afghanistan, katanya.

Korban paling buruk dari kekerasan tersebut adalah para perempuan dan anak perempuan. Korban untuk kedua golongan tersebut mencapai rekor tertinggi selama 6 bulan pada 2021.

Insiden tunggal yang paling mengejutkan mungkin adalah serangan terhadap sebuah sekolah perempuan di Kabul, di mana setidaknya 85 orang tewas dan lebih dari 200 terluka, sebagian besar dari mereka adalah siswi.

Kemudian, peledak improvisasi adalah penyebab utama korban, bertanggung jawab atas lebih dari satu dari tiga kematian dan cedera.

Baca juga: Taliban: Tidak Ingin Monopoli Afghanistan, Hanya Presiden Ashraf Ghani Harus Dicopot

Peledak improvisasi diperkirakan telah menyebabkan lebih banyak korban dalam pertempuran baru-baru ini, yang ditempatkan di jalan dan di dalam rumah di daerah yang direbut oleh Taliban.

Peledak itu dapat aktif ketika diinjak atau digali oleh siapa pun, tidak pandang bulu dan mungkin ilegal menurut hukum internasional.

Kami "mendokumentasikan banyak insiden di mana perangkat itu ditempatkan di jalan-jalan menuju ke daerah-daerah di bawah kendali elemen anti-pemerintah, serta ditinggalkan di dalam, dan di sekitar rumah-rumah sipil di desa-desa tempat kekuasaan Taliban baru-baru ini," kata laporan PBB itu.

Baca juga: Afghanistan Bantah Taliban Kuasai 90 Persen Perbatasan Negara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com