KOMPAS.com - 15 Juli 1916, angkasa raya tak pernah sama lagi. William Edward Boeing, seorang pedagang kayu asal AS, mendirikan perusahaan penerbangan bernama Pacific Aero Product.
Nama perusahaan yang didirikan bersama dengan perwira Angkatan Laut AS Conrad Westervelt ini awalnya mengembangkan pesawat amfibi dua kursi bermesin tunggal, B&W.
Pada 1917, perusahaan berganti nama menjadi Boeing Airplane Company--sesuai nama pendirinya--dan resmi membangun pesawat terbang untuk Angkatan Laut selama Perang Dunia I.
Teknologi saat itu belum secanggih sekarang. Namun, Boeing sudah bergerak bebas di angkasa.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Boeing 767-300 Jatuh di Thailand, 223 Tewas
Sekitar 1920 hingga 1930-an, Boeing menjual pesawat penyerangan, pengamatan, torpedo, dan pengebom.
Militer AS yang sedang menghadapi perang jadi pelanggan utamanya tanpa perlu banyak negosiasi.
Pemasaran Boeing Airplane pun meluas, bahkan hingga melayani layanan pos udara.
Pada 1928, William Boeing membentuk Boeing Airplane & Transport Corporation, yang fokus bergerak di bidang manufaktur dan operasi pesawat.
Tahun berikutnya, perusahaan ini kembali berganti nama. Kali ini menjadi United Aircraft and Transport Corporation.
Akuisisi pun gencar dilakukan, mulai dari Chance Vought, Avion, Stearman Aircraft, Sikorsky Aviation, produsen mesin Pratt & Whitney, hingga pembuat pesawat baling-baling pesawat Hamilton Metalplane.
Boeing pun semakin menancapkan posisinya di angkasa.
Baca juga: Video Detik-detik Pendaratan Darurat Boeing 737 dengan Kerusakan Bagian Ekor
Pada 1931, maskapai ini menggabungkan empat maskapai kecil di bawah kepemilikannya menjadi United Airlines.
Sejak era Perang Dunia II, Boeing pun dikenal banyak merancang beberapa pesawat komersial terkenal.
Mulai dari monoplane bermesin ganda model 247, flying boat model 314, dan model 307 Stratoliner, yang merupakan pesawat pertama dengan kabin bertekanan.
Akan tetapi, tak ada yang mengalahkan kegemilangan pesawat pengebom legendaris B-17 Flying Fortress dan B-29 Superfortress.