Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Terbesar dalam 3 Dekade di Kuba Pecah karena Kelaparan

Kompas.com - 12/07/2021, 17:48 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

HAVANA, KOMPAS.com - Adanya sanksi AS dan pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya kelangkaan serta mahalnya harga pangan, yang kemudian memicu salah satu demo terbesar di Kuba.

Demo terbesar dalam 3 dekade di Kuba telah pecah, ketika ribuan orang turun ke jalan di sejumlah kota, menyuarakan penderitaan rakyat, kekurangan pangan, harga kebutuhan pokok yang mahal, dan pemerintah yang komunis.

Protes telah dimulai pada Senin (12/7/2021) pagi waktu setempat di kota San Antonio de los Banos di barat Kuba, dan di kota Palma Soriano di timur. Jumlah pengunjuk rasa di kedua tempat itu bisa mencapai ratusan orang.

Melansir The Guardian pada Senin (12/7/2021), berita demo segera menyebar ke seluruh negeri hingga ibu kota Havana mengundang solidaritas. Ribuan orang di pusat Havana menerikkan "tanah air dan kehidupan" serta "kemerdekaan".

Baca juga: PBB: Lonjakan Harga Pangan Picu Kenaikan 40 Persen Kelaparan Global

"Saya di sini karena kelaparan, karena tidak ada obat, karena pemadaman listrik, karena ada kecurangan di mana-mana," ujar seorang pria berusia 40-an yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut ada tindakan balasan.

"Saya ingin perubahan total: perubahan pemerintahan, pemilihan multipartai, dan berakhirnya komunisme," tambahnya.

Para pengunjung rasa disambut oleh aparat polisi berseragam dan berpakaian preman, yang menangkap ratusan pengunjuk rasa, yang banyak dari mereka mendapatkan kekerasan saat digiring ke mobil polisi.

Kekacauan terjadi, para pemuda anggota demo merusak paving di jalan untuk dilemparkan ke barisan polisi. Sementara polisi, menggunakan semprotan merica dan memukuli pengunjuk rasa dengan tongkatnya.

Seorang polisi dipukuli kepalanya dengan batu oleh pengunjuk rasa, ketika hampir menabrak seorang pengunjuk rasa dengan mobil.

Baca juga: Oxfam: Di Seluruh Dunia, 11 Orang Meninggal Akibat Kelaparan Setiap Menitnya

Yusniel Pérez (17 tahun) dengan sebuah batu di masing-masing tangan, berkata, “Kami di sini karena kami lapar dan miskin. Kami tidak punya makanan. Kami tidak punya apa-apa.”

Pada pukul 3 sore waktu setempat semua saluran televisi diinterupsi dengan siaran dari Presiden Miguel Díaz-Canel yang mengatakan bahwa “destabilisasi di negara kita” akan disambut dengan “respons revolusioner”.

“Kami menyerukan semua revolusioner negara, semua komunis, untuk turun ke jalan,” serunya menantang.

Segera terjadi aksi kejar-kejaran "kucing-tikus", di mana pengunjuk rasa anti-pemerintah yang lebih muda mencoba untuk menduduki sejumlah lokasi ikonik di ibu kota. Namun, diblokade oleh pendukung pemerintah yang lebih tua, pasukan keamanan dan tentara.

Aylin Guerrero (52 tahun) merupakan salah satu dari ribuan yang datang untuk mendukung pemerintah di ibu kota Havana.

Baca juga: Badan Pangan PBB Peringatkan Korea Utara Bisa Alami Kelaparan yang Parah

"Kami adalah rakyat dan kami keluar di jalan untuk mendukung pemerintahan kita," ujar Guerrero dikelilingi oleh ribuan orang pendukung pemerintah yang beberapa membawa tongkat kayu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com