Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Presiden Afrika Selatan Akhirnya Menyerahkan Diri untuk Dipenjara

Kompas.com - 08/07/2021, 09:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

PRETORIA, KOMPAS.com – Mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyerahkan diri ke polisi untuk memulai hukuman penjara karena menghina pengadilan.

Diberitakan sebelumnya, mantan Presiden Afrika Selatan berusia 79 tahun itu dijatuhi hukuman 15 bulan penjara karena menghina pengadilan.

Pada 29 Juni, pengadilan tinggi Afrika Selatan memutuskan bahwa Zuma terbukti bersalah karena selalu mangkir untuk muncul dalam penyelidikan kasus korupsi awal tahun ini.

Baca juga: Mantan Presiden Afrika Selatan Tolak Hukuman, Dijaga Massa Bersenjata

Setelah vonis dijatuhkan, Zuma diminta untuk menyerahkan diri dalam waktu lima hari tepatnya pada Minggu (4/7/2021).

Jika dalam kurun waktu itu dia tidak menyerahkan diri, polisi akan menangkapnya dan membawanya ke penjara.

Namun, Zuma menolak untuk menyerahkan diri pada Minggu dan batas waktu baginya untuk menyerahkan diri diperpanjang hingga Rabu (7/7/2021) tengah malam.

Kini, pada Rabu malam waktu setempat, dia menyerahkan diri ke penjara dekat rumahnya di provinsi KwaZulu-Natal sebagaimana dilansir BBC.

Baca juga: Skandal Korupsi Afrika Selatan, Mantan Presiden Dipenjara 15 Bulan karena Mangkir

"Presiden Zuma telah memutuskan untuk mematuhi perintah penahanan," kata yayasan Zuma dalam sebuah pernyataan singkat.

Putri Zuma, Dudu Zuma-Sambudla, menulis di Twitter bahwa ayahnya dalam perjalanan ke penjara dan masih bersemangat.

Afrika Selatan belum pernah melihat mantan presiden dipenjara sebelumnya.

Zuma dijatuhi hukuman 15 bulan penjara oleh pengadilan pada 29 Juni karena menentang instruksi memberikan penyelidikan kasus korupsi.

Zuma, yang juga merupakan pengusaha, dituduh berkonspirasi dengan beberapa politikus untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan saat dia menjabat.

Baca juga: Afrika Selatan dalam Tekanan Ekstrem Varian Delta Saat Program Vaksin Covid-19 Berjalan Lambat

Tetapi Zuma telah berulang kali menyangkal tuduhan itu dan mengatakan bahwa dia adalah korban konspirasi politik.

Meskipun ia dipaksa mundur dari jabatannya oleh partainya sendiri pada 2018, dia tetap memiliki pendukung yang setia, terutama di provinsi asalnya, KwaZulu-Natal.

Pada Minggu, orang-orang berkumpul dan membentuk “perisai manusia” di luar rumah megah Zuma untuk mencegah penangkapannya.

Kerumunan serupa terjadi sebelum Zuma akhirnya memutuskan untuk menyerahkan diri pada Rabu.

Baca juga: Pemerintah Afrika Selatan Ingin Legalkan Perempuan Punya Banyak Suami, Begini Reaksi Warganya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Internasional
Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Global
Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com