KOMPAS.com – Pada 6 Juni 1944, pasukan Sekutu melakukan serangan berskala besar terhadap posisi Nazi Jerman di Eropa pada Perang Dunia II.
Serangan tersebut terkenal dengan berbagai sebutan yakni Invasi Normandia, Operasi Overlord, atau D-Day.
Baca juga: Setelah 75 Tahun, Veteran D-Day Ulangi Aksi Terjun Payung di Normandia
Invasi tersebut dilakukan dengan pendaratan serentak oleh pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Kanada di lima tempat terpisah di Normandia, Perancis.
Pada akhir Agustus 1944, seluruh Perancis utara akhirnya berhasil dibebaskan sebagaimana dilansi Britannica.
Pasukan sekutu lantas direorganisasi untuk bergerak ke Jerman, di mana mereka akhirnya bertemu dengan pasukan Uni Soviet yang maju dari timur untuk mengakhiri Nazi Jerman.
Baca juga: Kisah di Balik D-Day (Bagian 4): Akhinya, Invasi ke Normandia!
Mulanya, pasukan Sekutu memilih bulan Mei 1944 sebagai waktu yang diputuskan untuk melakukan invasi.
Keputusan tersebut diambil melalui konferensi di Washington, AS, pada Mei 1943. Namun, kesulitan dalam merakit kapal pendarat memaksa pelaksanaan invasi ditunda hingga Juni.
Hingga akhirnya, Panglima Tertinggi Blok Sekutu di Eropa Dwight D Eisenhower pada 17 Mei 1944 memutuskan 5 Juni 1944 sebagai tanggal invasi yang tidak dapat diubah lagi.
Saat D-Day semakin dekat dan pasukan mulai berangkat untuk penyeberangan, cuaca buruk terjadi.
Baca juga: Kisah di Balik D-Day (Bagian I): Bencana Jelang Pendaratan Normandia
Kondisi tersebut mengancam upaya pendaratan yang membuatnya semakin berbahaya.
Setelah perdebatan yang menegangkan, Eisenhower dan bawahannya memutuskan untuk melakukan penundaan selama 24 jam, yang mengharuskan penarikan kembali beberapa kapal yang sudah melaut.
Akhirnya, pada pagi hari pada 5 Juni, Eisenhower, yang diyakinkan oleh kepala meteorologi James Martin Stagg tentang cuaca terkini, mengumumkan pemberangkatan pasukan.
Baca juga: Surat yang Menipu Hitler soal Pendaratan Normandia Dilelang
Dalam beberapa jam, 3.000 armada kapal pendarat, 2.500 kapal lain, dan 500 kapal angkatan laut mulai diberangkatkan dari pelabuhan Inggris.
Malam itu juga, 822 pesawat yang membawa penerjun payung, menderu di atas langit menuju zona pendaratan Normandia.
Mereka adalah sebagian kecil dari armada udara dari 13.000 pesawat yang akan mendukung operasi D-Day.
Baca juga: Jenderal Eisenhower: Jika Pendaratan Normandia Gagal, Salahkan Saya!
Pasukan lintas udara adalah garda depan dalam D-Day dan pendaratan mereka rupanya sukses besar.
Divisi Lintas Udara Amerika ke-82 dan 101, yang terjun ke zona Semenanjung Cotentin, menderita banyak korban karena tenggelam.
Namun, divisi ini dianggap berhasil dan mengamankan tujuannya.
Baca juga: Skuadron Inggris Era Perang Dunia II Dambusters Bakal Dikerahkan Melawan ISIS
Sementara itu, Divisi Lintas Udara ke-6 Inggris merebut sasarannya di ujung timur dengan lebih mudah.
Satuan tugas khusus dari divisi tersebut juga merebut jembatan-jembatan utama di atas Terusan Caen dan Sungai Orne.
Ketika unit lintas laut mulai mendarat sekitar pukul 06.30 pada 6 Juni, Inggris dan Kanada di pantai Gold, Juno, dan Sword mengatasi perlawanan ringan.
Baca juga: [Cerita Dunia] Freddie dan Truus, Pasukan Remaja Pembunuh Nazi Era Perang Dunia II
Divisi 1 AS di Pantai Omaha, menghadapi divisi pertahanan pantai terbaik Nazi Jerman, Divisi 352, dan disergap oleh rentetan tembakan dan senapan mesin saat pasukan mengarungi pantai.
Pada pagi hari, pendaratan pasukan di Omaha terancam gagal.
Berkat kepemimpinan lokal yang berdedikasi, mereka berhasil membawa pasukan ke daratan meskipun menelan lebih dari 2.000 korban jiwa.
Baca juga: 6 Kisah Misteri Harta Karun Peninggalan Perang Dunia II
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.