Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi PBB: Bekerja di Atas 55 Jam Seminggu Meningkatkan Risiko Kematian

Kompas.com - 17/05/2021, 18:22 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Bekerja di atas 55 jam seminggu meningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke, menurut sebuah studi PBB yang dikeluarkan pada Senin (17/5/2021).

Laporan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Perburuhan Internasional (ILO) PBB keluar setelah pandemi Covid-19, yang mengubah tempat kerja dan memperkuat kecenderungan untuk bekerja lebih lama.

Studi WHO-ILO yang diterbitkan dalam jurnal Environment International ini adalah analisis global pertama, tentang risiko kesehatan terkait jam kerja yang panjang.

Baca juga: Studi: Vaksin Moderna 96 Persen Efektif untuk Remaja Usia 12-17 Tahun

Namun laporan ini tidak hanya berfokus saat pandemi melainkan juga tahun-tahun sebelumnya.

"Bekerja 55 jam atau lebih per minggu merupakan bahaya kesehatan yang serius," kata Maria Neira direktur departemen lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan WHO, dikutip dari AFP.

"Sudah waktunya kita semua - pemerintah, pengusaha, dan karyawan - menyadari fakta bahwa jam kerja yang panjang dapat menyebabkan kematian dini."

Studi tersebut menyimpulkan bahwa bekerja 55 jam atau lebih per minggu dikaitkan dengan perkiraan naiknya 35 persen risiko menderita stroke, dan peningkatan 17 persen risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik, dibandingkan bekerja 35-40 jam.

WHO dan ILO memperkirakan pada 2016, 398.000 orang meninggal karena stroke dan 347.000 orang meninggal karena penyakit jantung, setelah bekerja setidaknya 55 jam per minggu.

Kemudian antara tahun 2000-2016 jumlah kematian akibat penyakit jantung terkait jam kerja panjang meningkat 42 persen, sedangkan angka stroke naik 19 persen.

Baca juga: Studi: Virus Corona B.1.1.7 64 Persen Lebih Mematikan

Sebagian besar kematian yang tercatat adalah orang-orang berusia 60-79 tahun, yang telah bekerja 55 jam atau lebih per minggu saat berusia 45-74 tahun.

"Pandemi Covid-19 secara signifikan mengubah cara kerja banyak orang," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Teleworking telah menjadi aturan di banyak industri, sering mengaburkan batas antara rumah dan kantor."

"Selain itu, banyak bisnis terpaksa mengurangi atau menghentikan operasi untuk menghemat uang, dan orang yang masih dalam daftar gaji akhirnya bekerja lebih lama."

"Tidak ada pekerjaan yang sebanding dengan risiko stroke atau penyakit jantung. Pemerintah, pengusaha, dan pekerja perlu bekerja sama untuk menyepakati batasan untuk melindungi kesehatan pekerja."

Baca juga: Studi: Vaksin Sinovac Efektif Lawan Varian Baru Virus Corona Inggris dan Afrika Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com