"Pasukan Afghanistan masih menguasai kota-kota besar dan benteng pemerintah lain, tapi mereka semakin terdesak dan kesulitan mempertahankan wilayah yang direbut, atau mendirikan pos pertahanan di wilayah yang ditinggalkan pada 2020,” demikian laporan CIA.
Analis keamanan, Hamdam, mengatakan pasukan pemerintah Afghanistan "bergantung secara finansial dan militer kepada AS, dan tanpa dukungan ini, mereka akan berada dalam posisi sulit.”
Taliban bukan satu-satunya ancaman keamanan bagi pasukan Afghan. Kelompok militan lain, seperti Islamic State (ISIS), juga mulai melebarkan sayap.
"Taliban saat ini jauh lebih kuat ketimbang sebelumnya,” kata Raihana Azad, anggota parlemen Afghanistan.
"ISIS dan kelompok teroris lain juga sudah memperluas pengaruhnya di Afghanistan. Sebab itu konsekuensi dari penarikan mundur dari Afghanistan yang tergesa-gesa dan tidak bertanggungjawab, bisa sangat berbahaya tidak hanya bagi Afghanistan, tapi juga buat kawasan dan dunia,” imbuhnya kepada DW.
Baca juga: Intelijen AS Waspadai Afghanistan Akan Segera Dikuasai Milisi Taliban
Saat ini kekhawatiran terbesar menyangkut pencapaian selama dua dekade, terutama dalam hak perempuan, yang terancam hilang ketika Taliban melancarkan gelombang baru pertumpahan darah. Tidak jelas bagaimana Taliban ingin menjamin perlindungan HAM dan kebebasan berpendapat di Afghanistan
"AS membuat terlampau banyak konsesi kepada Taliban. Warga Afghanistan akan harus membayar ongkosnya. Mereka merasa ditinggalkan oleh komunitas internasional,” tutur Azad, anggota dewan.
Meski begitu, sebagian pakar meyakini penarikan mundur militer AS turut menempatkan Taliban dalam posisi sulit.
"Dengan mengumumkan penarikan mundur tanpa syarat, AS menerima tuntutan utama Taliban. Sekarang dunia internasional menunggu Taliban bergabung dalam proses politik. Tidak ada lagi alasan mengobarkan perang,” kata Asadullah Nadim, pakar militer di Kabul kepada DW.
Keputusan Biden juga menguntungkan kekuatan regional lain, yang mengincar pengaruh yang lebih besar di Afghanistan. Pakistan, India, China dan Rusia memiliki kepentingan strategisnya sendiri, yang akan lebih mudah dipertahankan tanpa keberadaan pasukan AS di Afghanistan.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmodd Qureshi, mengatakan kepada DW bahwa Islamabad tetap memainkan peranan penting dalam proses perdamaian di negara jiran. "Pakistan akan diuntungkan oleh perdamaian di Afghanistan,” kata dia.
"Perdamaian ini akan membuka perdagangan yang lebih deras dengan Kabul, dan banyak proyek pembangunan yang ditunda kini bisa dilanjutkan kembali,” imbuhnya.
Pakistan berebut pengaruh dengan India di Afghanistan, terutama sejak invasi AS pada 2001 silam.
Pakar mengatakan, perjanjian damai 2020 antara Taliban dan AS mustahil terwujud tanpa dukungan Pakistan. Pemerintah Islamabad memiliki pengaruh yang luas di kalangan Taliban, dan memainkan peran besar dalam membujuk pemberontak Islamis itu ke meja perundingan.
Pakistan menginginkan peran yang lebih besar bagi Taliban di dalam pemerintahan baru Afghanistan. Kepentingan nasionalnya akan lebih terjamin dengan kekuasaan Taliban di negara jiran. Tapi hal ini tidak menjamin perdamaian di Afghanistan.
Baca juga: Pengakuan JK Undang Taliban Makan ke Rumahnya: Dalam Rangka Perdamaian Afghanistan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.