Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengungsi yang Kabur dari Myanmar, 2 Kali Gagal Kabur ke India

Kompas.com - 11/04/2021, 10:26 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Ribuan rakyat Myanmar telah kabur dari negara tersebut setelah militer mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada 1 Februari.

Di antara ribuan rakyat Myanmar yang kabur, banyak dari mereka memilih pergi dan mencari perlindungan di India, lapor wartawan BBC Hindi, Raghvendra Rao.

Seorang warga negara Myanmar, Makhai (bukan nama sebenarnya), bercerita bahwa dia berhasil sampai ke India setelah tiga kali mencoba.

Pada percobaan pertama, dia menempuh jalur darat melalui hutan untuk menyeberang dari Myanmar ke India. Namun, upayanya tersebut gagal.

Pada upaya kedua, dia mencoba menyeberang ke India melalui saluran pembuangan bawah tanah yang menghubungkan desa-desa di kedua sisi perbatasan. Percobaan itu gagal juga.

Baca juga: Duta Besar Myanmar Desak Larangan Terbang, Embargo Senjata hingga Sanksi Dikeluarkkan PBB

Setelah gagal dua kali, dia kembali mencoba untuk ketiga kalinya menyeberang ke Negara Bagian Manipur, timur laut India.

Beruntung, upanyanya yang ketiga itu berhasil dan tidak dihentikan pasukan keamanan India. Makhai tak sendiri kala itu, dia bersama dengan saudara perempuan dan putrinya.

"Saya punya kesempatan untuk melarikan diri sekarang. Jika saya menunggu lebih lama, kesempatan lain mungkin tidak akan datang," kata Makhai.

Myanmar kembali dicengkeram junta militer setelah angkatan bersenjatanya menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Sejak saat itu, aksi protes telah berkembang dan tejadi hampir setiap hari untuk menentang kudeta sebagaimana dilansir BBC, Sabtu (10/4/2021).

Baca juga: Menlu Retno: Inggris Dukung ASEAN Dorong Resolusi Krisis di Myanmar

Pembantaian

Militer dan polisi Myanmar tak segan membubarkan aksi demonstrasi. Mereka bahkan tak segan membunuh para demonstran dan warga sipil tak berdosa.

Sejak kudeta Myanmar, kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa junta militer telah membunuh lebih dari 600 orang, termasuk 43 anak-anak.

Sementara itu, Makhai mengaku bahwa tentara Myanmar telah membobol rumah-rumah penduduk, memperkosa, serta membunuh warga sipil.

Sejumlah saksi menceritakan bagaimana pasukan keamanan membunuhi orang-orang di jalanan dan bahkan di rumah mereka.

Bahkan, seorang anak berusia enam tahun diduga ditembak mati oleh pasukan keamanan Myanmar di rumahnya saat dia berlari ke arah ayahnya.

Baca juga: [Cerita Dunia] 8888, Demo Skala Besar di Myanmar Menentang Kekuasaan Miluter

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com