Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Meninggal karena Dihukum Squat 300 Kali, Pria Ini Kesulitan Berdiri

Kompas.com - 07/04/2021, 15:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

GENERAL TRIAS, KOMPAS.com - Seorang pria Filipina terekam kesulitan berdiri, sebelum dia meninggal karena dihukum squat 300 kali.

Darren Manaog Penaredondo meninggal pada 3 April, dua hari setelah dia dihukum karena melanggar jam malam.

Lelaki berusia 28 tahun itu tertangkap polisi karena membeli air minum dari toko setempat di atas pukul 18.00.

Baca juga: Langgar Jam Malam, Dua Pria Dihukum Squat 300 Kali lalu 1 Tewas Besoknya

Pasangannya, Reichelyn Blace mengungkapkan Penaredondo bersama para pelanggar diminta squat 100 kali, dan disuruh mengulang jika tidak serempak.

Begitu Penaredondo pulang keesokan paginya, dia sudah kesulitan berjalan karena sudah menampilkan 300 squat.

Kepada media Filipina Rappler, Blace mengatakan Penaredondo sampai harus dipapah oleh sesama pelanggar jam malam.

"Saya tanya apakah dia mengalami penyiksaan. Dia hanya tertawa, namun saya tahu dia begitu kesakitan," kata dia.

Blace menerangkan, sepanjang hari suaminya itu harus merayap menyusuri lantai karena kaki dan lututnya sakit.

Saat menggunakan kamar mandi itulah, Penaredondo mengalami kejang-kejang. Tetangganya berusaha menyelamatkannya dengan napas buatan.

Baca juga: Tiga Pengunjuk Rasa Myanmar Tewas setelah Ratusan Orang Menentang Jam Malam

Dia sempat sadar, namun pingsan lagi kemudian. Dia akhirnya dinyatakan meninggal pukul 22.00 sebelum mencapai rumah sakit.

Sepupunya, Adrian Lucena mengumumkan kematiannya di Facebook. "Saya tak bisa pulang karena momen ini. Kami mencintaimu," kata dia.

Rodolfo Cruz Jr, kepala keamanan desa setempat, mengakui Penaredondo ditahan karena melanggar jam malam.

Namun, dia berkilah dia dibawa oleh polisi kota setempat. Letnan Kolonel Marlo Solero selaku kepala polisi lokal melontarkan bantahan.

Dia membantah jika anggotanya menghukum squat. Solero menyebut jajarannya hanya menceramahi jika ada pelanggar.

Baca juga: Militer Myanmar Berlakukan Jam Malam dan Larang Pertemuan Lebih dari 5 Orang Pasca-demo Terbesar

Solero mengatakan jika memang anggotanya diketahui memerintahkan hukuman tersebut, dia tidak akan menoleransinya.

Wali Kota Ony Ferrer menyatakan, dia akan menggelar penyelidikan penuh begitu kematian Penaredondo viral.

Ferrer menyatakan sudah menghubungi keluarga Penaredondo untuk menyampaikan belasungkawanya. "Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Dilansir Daily Mail Selasa (6/4/2021), kabar itu muncul setelah Presiden Rodrigo Duterte memperpanjang lockdown sepekan lagi.

Duterte mengunci Manila dan empat provinsi lainnya setelah kasus Covid-19 kembali mengalami peningkatan.

Baca juga: Buntut Kematian Pria yang Dihukum Squat 300 Kali, 2 Polisi Ditangguhkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah Sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Kolombia Putuskan Hubungan dengan Israel Terkait Genosida Palestina

Global
Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Tol di China Tenggara Ambruk, 48 Orang Tewas

Global
Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Seperti Apa Kemampuan Fujian, Kapal Induk Baru China?

Internasional
Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Pejabat AS Desak China dan Rusia: Bukan AI yang Pegang Kendali Nuklir, Tapi Manusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com