Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS-China Saling Serang Masalah Rasialisme dalam Pertemuan Majelis Umum PBB

Kompas.com - 20/03/2021, 14:46 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Duta besar AS untuk PBB yang berkulit hitam terlibat perdebatan dengan perwakilan China pada Jumat (19/3/2021), ketika ia menceritakan pengalamannya tentang rasialisme.

Melansir Reuters pada Sabtu (20/3/2021), perselisihan itu terjadi pada pertemuan Majelis Umum PBB yang menandai Hari Internasional untuk Mengurangi Diskriminasi Rasial.

"Rasial ada dan terus menjadi tantangan sehari-hari di mana kita berada. Dan untuk jutaan orang, itu lebih dari tantangan. Itu mematikan," ujar Linda Thomas-Greenfield Duta Besar AS untuk PBB.

Baca juga: Ketegangan Mendalam AS-China Tandai Awal Pemerintahan Biden

"Seperti Burma, di mana Rohingya dan yang lainnya yang ditindas, dianiaya, dan dibunuh dalam jumlah yang mengejutkan," sebutnya.

Ia melanjutkan berkata, "Atau di China, di mana pemerintahannya melakukan genosida dan kejahatan kemanusiaan terhadap Uighur dan etnis dan kelompok agama minoritas lainnya di Xinjiang."

Perwakilan China untuk PBB, Dai Bing seketika merespons pernyataan Thomas-Greenfield dengan tidak terima.

Baca juga: Diplomat AS: Susah Bicara dengan China

"Jika AS sangat peduli tentang hak asasi manusia, mereka seharusnya mengatasi masalah mendasar dari diskriminasi rasial, ketidakadilan sosial dan kebrutalan polisi, di tanah airnya sendiri," ujar Dai di hadapan 193 anggota Majelis Umum.

Thomas Greenfield mengungkapkan pengalamannya sendiri terkait rasialisme dengan latar belakangnya yang keturunan budak.

Di sela ceritanya, ia menyebutkan masalah rasialisme di AS, bahwa telah terjadi pembunuhan terhadap orang kulit hitam, George Floyd oleh polisi kulit putih di Minnesota pada Mei.

Baca juga: Meski Perang Komentar, China Merasa Terbantu Bertemu dengan AS

Kemudian, memicu maraknya pembunuhan terhadap orang kulit hitam lainnya di Amerika Serikat, yang mengakibatkan munculnya demonstrasi dan bentrokan bersenjata antara masyarakat sipil dengan aparat di seluruh negeri.

"Kami memiliki kekurangan. Kekurangan yang dalam dan serius. Tapi, kami membicarakannya. Kami bekerja untuk mengatasinya. Dan kami terus maju dengan harapan dapat membuat negara lebih baik," lanajut Thomas-Greenfield.

China telah dikutuk secara luas karena menindas Muslim Uighur dan minoritas lainnya di kompleks wilayah Xinjiang yang terpencil.

Baca juga: Rasialisme Ada di Amerika dan Meningkat, Biden-Harris Berseru untuk Hentikan Itu

Namun, tempat itu digambarkan oleh otoritas China sebagai "pusat pelatihan kejuruan" untuk membasmi ekstremisme, sebagai penyangkal tuduhan penindasan.

Dai mengatakan tidak ada "genosida" di Xinjiang.

Konflik antara perwakilan AS dan China di pertemuan Majelis Umum PBB itu menyoroti ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, sehari setelah Washington dan Beijing mengadakan pertemuan tingkat tinggi pertama mereka sejak Joe Biden menjadi presiden AS pada Januari.

Baca juga: AS Minta Para Pendeta Atasi Perpecahan Rasial Soal Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com