WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pejabat AS dan China menyimpulkan pada Jumat (19/3/2021) bahwa ketegangan mendalam antara dua negara menandai awal pemerintahan Joe Biden.
Kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada Jumat di Alaska, telah melangsungkan pembicaraan yang disebut "keras dan langsung" selama 2 hari.
Melansir Reuters pada Sabtu (20/3/2021), pembicaraan tingkat tinggi pertama AS-China sejak pemerintahan Biden berlangsung berapi-api pada Kamis (18/3/2021).
Baca juga: Diplomat AS: Susah Bicara dengan China
Di depan kamera TV kedua belah pihak secara terbuka saling mencurangi kebijakan satu sama lain.
Pertemuan diplomatik itu terlihat tidak menghasilkan terobosan diplomatik, seperti yang diharapkan.
Justru, menunjukkan persaingan sengit atas sedikitnya persamaan untuk menyetel ulang hubungan yang telah berada di level terendah selama beberapa dekade.
Menjelang dilaksanakannya diskusi panas AS-China di Anchorage, Alaska, para pejabat AS melakukan kunjungan ke negara aliansinya, yaitu Jepang dan Korea Selatan.
Baca juga: Meski Perang Komentar, China Merasa Terbantu Bertemu dengan AS
Dalam kunjungan itu, Washington menunjukkan sikap tegas serta pembicaraan yang blak-blakan dari peringatan Beijing kepada AS untuk tidak mengharapkan kompromi dari China.
"Kami berharap untuk melakukan pembicaraan yang keras dan langsung tentang berbagai masalah, dan itulah yang kami alami," kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan kepada wartawan beberapa saat setelah delegasi China meninggalkan ruang pertemuan.
Anggota delegasi China meninggalkan hotel tanpa berbicara dengan wartawan.
Baca juga: Khawatir Bisa Mengintai, Mobil Listrik Tesla Dilarang Masuk Kompleks Militer China
Namun, Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi kemudian mengatakan kepada jaringan televisi CGTN China bahwa diskusi tersebut konstruktif dan bermanfaat, "tetapi tentu saja, masih ada perbedaan."
"China akan dengan tegas menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan pembangunan," kata Yang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia tidak terkejut bahwa Amerika Serikat mendapat "tanggapan defensif" dari China.
Dalam pertemuan itu, Blinken mengangkat tuduhan pelanggaran hak asasi manusia China di Xinjiang, Tibet, dan Hong Kong, serta serangan dunia maya dan tekanan terhadap Taiwan.
Baca juga: Jika China Menginvasi, Taiwan Bakal Bertahan Selama yang Dibutuhkan
Namun, Blinken mengatakan kedua belah pihak juga memiliki kepentingan yang sama terkait soal Iran, Korea Utara, Afghanistan, dan perubahan iklim.
Meski belum menghasilkan kesepakatan, Amerika Serikat mengatakan telah mencapai apa yang harus dilakukannya selama pertemuan tersebut.
“Di bidang ekonomi, perdagangan, teknologi, kami memberi tahu mitra kami bahwa kami meninjau masalah ini dengan konsultasi erat dengan Kongres, dengan sekutu dan mitra kami," kata Blinken.
"kami akan melanjutkannya dengan cara yang benar-benar melindungi dan memajukan kepentingan pekerja kami dan bisnis kami," tambahnya.
Baca juga: Bertemu Pertama Kalinya di Era Biden, AS dan China Perang Komentar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.