PYONGYANG, KOMPAS.com - Pakar menyebut, presiden terpilih AS Joe Biden diminta untuk menanggapi serius Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Pendapat itu disampaikan setelah Kim menyerukan adanya penguatan di sektor militer sebagai "kado ulang tahunnya".
Kim yang diyakini berusia 37 tahun pada 8 Januari itu sudah mengumumkan sederet senjata baru yang ingin dikembangkannya.
Baca juga: Saat Kim Jong Un Naik Jabatan, Nama Kim Yo Jong Hilang dari Anggota Partai, Ada Apa?
Di antara senjata yang diminta adalah rudal jarak jauh super akurat, hulu ledak super besar, hingga satelit pengintai.
Rencana militer yang disampaikan dalam kongres Partai Buruh itu dianggap pakar sebagai ancaman sekaligus tantangan bagi Biden.
Ankit Panda, penulis buku Kim Jong-un and the Bomb meminta pemerintah AS selanjutnya bisa menangkal bahaya yang mungkin terjadi.
"Pengumuman Kim ini tak diragukan lagi ditujukan kepada pemerintah AS yang baru," ujar Panda seperti dikutip BBC Senin (11/1/2021).
Dia menuturkan jika Biden tak segera bertindak, Korea Utara bakal meningkatkan persenjataannya yang bisa mengancam AS dan Korea Selatan.
Sejak memutuskan membuka diri bagi dunia luar, Kim Jong Un sudah tiga kali bertemu dengan Presiden Donald Trump.
Baca juga: Kim Jong Un Naik Jabatan di Partai, Ini Posisinya Sekarang...
Namun dari tiga pertemuan tersebut, keduanya tidak mencapai kata sepakat dalam melaksanakan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Pada 2020, kim menyatakan mereka tidak lagi terikat pada moratorium 2019, dan mengancam bakal mengambil "langkah berbeda".
Panda menerangkan, penting bagi mantan Senator Delaware itu untuk segera menegaskan apa agenda pemerintahannya saat berurusan dengan Pyongyang.
"Jika Kim tidak melihat adanya perubahan dalam pendekatan AS, maka mudahnya, dia akan melaksanakan uji coba senjata," paparnya.
Apalagi dalam Kongres Partai Buruh, Kim menekankan bahwa Washington merupakan musuh terbesar mereka, meski dia tak menampik juga jalur diplomasi.
Kim dan Trump mungkin gagal mencapai konsesi tertentu dalam tiga kali pertemuan yang berlangsun pada 2018 dan 2019.
Baca juga: Kim Jong Un Janji Tambah Senjata Nuklir demi Perangi Kebencian AS