Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Cerita Dunia] Mikhail Gorbachev Mundur, Uni Soviet Runtuh

Kompas.com - 26/12/2020, 14:50 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC,History

KOMPAS.com – Pada 21 Desember 1991, seorang pembawa acara berita di televisi Rusia memulai siarannya dengan pengumuman yang mencengangkan.

“Selamat malam, inilah beritanya. Negara Uni Soviet sudah tidak ada lagi,” tutur pembawa acara tersebut.

Pengumuman itu rupanya bukan omong kosong belaka. Empat hari kemudian dan bertepatan dengan Natal, 25 Desember 1991, Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengundurkan diri.

Mundurnya Gorbachev dari kursi kepresidenan Uni Republik Sosialis Soviet alias Uni Soviet tersebut juga menandai berakhirnya negara tersebut.

Baca juga: [Cerita Dunia] 10 Fakta Penerbangan Pesawat Pertama oleh Wright Bersaudara

Sebelum Gorbachev mengundurkan diri, pemimpin tiga negara dari 11 negara anggota Uni Soviet bertemu untuk membubarkan negara tersebut.

Para pemimpin Rusia, Belarus, dan Ukraina telah bertemu untuk membubarkan Uni Soviet dan membentuk Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS).

Setelah itu, delapan anggota Uni Soviet lainnya mengikuti jejak ketiga negara itu membubarkan Uni Soviet dan mengikuti CIS.

Gorbachev lantas tidak punya pilihan lain selain mengundurkan diri ketimbang pecah perang saudara.

Baca juga: [Cerita Dunia] 10 Tahun Arab Spring, Mengenang Mohamed Bouazizi

Akhirnya, setelah Gorbachev mengundurkan diri pada 25 Desember 1991, bendera Uni Soviet di Kremlin diturunkan untuk pertama kalinya.

Dalam pidato perpisahannya kepada rakyatnya, Gorbachev menunjukkan bahwa pembentukan CIS adalah motif utama pengunduran dirinya.

Gorbachev juga menyatakan, dia berdiri di atas rekor pencapaiannya dengan mengeklaim bahwa dia telah mengawasi perjalanan Uni Soviet menyusuri "jalan demokrasi”.

Kebijakan Perestroika yang dijalankannya di negara komunis terbesar di dunia itu, menurut Gorbachev mengarahkan Uni Soviet dari ekonomi komunis menuju ekonomi pasar.

Baca juga: [Cerita Dunia] Perjalanan Nikola Tesla Mematenkan Arus Bolak-balik

Kebijakan Perestroika sendiri mempunyai tiga prinsip utama yaitu Glasnost (keterbukaan politik), Democratizatsiya (demokratisasi) dan Rule of Law.

Dia menyatakan bahwa setelah Uni Sobiet runtuh, rakyat Rusia hidup di dunia baru di mana Perang Dingin telah berakhir dan perlombaan senjata telah berakhir sebagaimana dilansir dari History.

Kendati mengaku telah membuat beberapa kesalahan selama menjabat sebagai Presiden Uni Soviet, Gorbachev berkukuh bahwa dia tidak pernah menyesal tentang kebijakan yang diambilnya.

Sebenarnya, Gorbachev telah kehilangan sebagian besar kekuasaan dan prestise di Uni Soviet bahkan sebelum CIS didirikan.

Beberapa lawan politiknya menuntut lebih banyak kebebasan politik, sementara kelompok garis keras dalam pemerintahannya menentang gerakan apa pun yang mengarah kepada reformasi.

Baca juga: [Cerita Dunia] Otto Warmbier dan Liburan ke Korut yang Berujung Maut

Pada pertengahan Agustus 1991, kelompok garis keras di lingkungan Partai Komunis Uni Soviet, bekerja sama dengan KGB, mengadakan sebuah percobaan kudeta terhadap Gorbachev.

Namun upaya kudeta tersebut gagal. Gorbachev juga selamat atas bantuan dari Presiden Federasi Rusia Boris Yeltsin.

Setelah itu, Yeltsin menjadi pengkritik yang vokal atas lambatnya reformasi ekonomi dan politik di Uni Soviet.

Ketika kekuatan Gorbachev melemah, Yeltsin mengambil alih Kremlin dan fasilitas pemerintah Uni Soviet lainnya dan mengganti bendera Uni Soviet dengan bendera Rusia.

Baca juga: [Cerita Dunia] Napoleon Bonaparte, Ubah Nasib dari Prajurit menjadi Kaisar Perancis

Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev.AP Photo Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev.

Setelah lebih dari 70 tahun berdiri, Uni Soviet musuh utama Amerika Serikat (AS) dalam Perang Dingin, lenyap begitu saja.

Dalam wawancara baru-baru ini dengan BBC, Gorbachev menuduh pihak Barat ada di balik keruntuhan Uni Soviet dan mengkritik tajam Rusia modern.

"Birokrat (Rusia) mencuri kekayaan bangsa dan mulai mendirikan berbagai perusahaan,” kata Gorbachev.

Dia juga melontarkan kritikan terhadap salah satu rekan terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Igor Sechin, yang dituduhnya berusaha untuk memengaruhi urusan negara.

Sechin merupakan pemimpin perusahaan minyak raksasa Rosnef.

Baca juga: [Cerita Dunia] Bagaimana Negara Uni Emirat Arab Terbentuk?

"Saya yakin bahwa media Barat telah diberi instruksi khusus untuk mendiskreditkan Putin dan menyingkirkannya. Bukan secara fisik. Hanya untuk membuatnya tersingkir,” tutur Gorbachev.

“Namun, lihat hasilnya, dia (Putin) malah populer dan ketenarannya di sini mencapai 86 persen. Sebentar lagi, akan menjadi 120 persen!" imbuhnya.

Di Barat, banyak orang memandang Gorbachev sebagai seorang pahlawan, sebagai orang yang memberi kebebasan bagi Eropa Timur dan mengizinkan penyatuan kembali Jerman.

Namun, banyak kalangan di tanah airnya menganggap Gorbachev adalah pemimpin yang telah kehilangan kerajaannya.

Baca juga: [Cerita Dunia] Konferensi Teheran, Cikal Bakal Sekutu dalam Perang Dunia II

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com