Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah 2021 Menjadi Tahun Vaksinasi Covid-19?

Kompas.com - 25/12/2020, 18:05 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Federasi Produsen dan Asosiasi Farmasi Internasional berharap 10 vaksin telah mendapatkan persetujuan pada pertengahan 2021, termasuk dari perusahaan AS Johnson & Johnson dan Novavax dan CureVac Jerman.

Persediaan terbatas

Namun tantangan besar tetap ada, termasuk meningkatkan produksi. Pfizer berharap menghasilkan 50 juta dosis untuk 2020, setengah dari target aslinya.

Sementara Moderna telah menjanjikan 20 juta inokulasi AS tahun ini. Manufaktur akan dipercepat pada 2021, dengan produksi gabungan berpotensi mencapai 1,8 miliar dosis.

"Tidak akan ada cukup vaksin untuk beredar dalam waktu yang lama, mungkin hingga 2022," kata Tom Frieden, Mantan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Baca juga: Lembaga Peneliti Brasil Klaim Efektivitas Vaksin Sinovac di Atas 50 Persen

Ada beberapa kendala terkait penyimpanan dan proses pengiriman vaksin Pfizer-BioNTech yang harus disimpan pada suhu sangat rendah.

Meski uji coba telah menunjukkan teknologi mRNA baru yang digunakan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna tampak aman, masih ada banyak orang yang meragukannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 60 persen orang perlu mendapatkan vaksinasi.

Negara-negara berkembang yang berharap mengakses vaksin melalui skema global yang didukung WHO mungkin harus menunggu, karena negara-negara yang lebih kaya telah memesan lebih awal.

Baca juga: Vatikan Sebut Vaksin Covid-19 Secara Moral Bisa Diterima Meski Terbuat dari Jaringan Sel Janin Hasil Aborsi

Sejauh ini, negara Barat sebagian besar berfokus pada vaksinasi tenaga medis dan penghuni panti jompo.

80 persen dari 300 ribu kasus kematian akibat Covid-19 di AS adalah orang yang berusia di atas 65 tahun, kata CDC.

"Vaksinasi mungkin mengatasi krisis perawatan kesehatan Covid-19, namun jika ada skeptisisme vaksin, tidak akan ada kekebalan kelompok yang tercapai," kata Christian Muenz, profesor imunobiologi virus dari Universitas Zurich.

Baca juga: Bantuan Vaksin Virus Corona China Berpotensi Jadi Senjata Diplomatik

Untung-untungan?

Sejauh ini, Rusia telah menginokulasi 200 ribu lebih orang dengan suntikan Sputnik V, yang menurut pengembangnya 91,4 persen terbukti manjur.

Negara tersebut juga telah menandatangani kesepakatan produksi vaksin, termasuk dengan India.

Di China, kandidat vaksin Sinovac dan dua dari China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) saat ini berada dalam uji coba tahap akhir.

Tenaga medis dan pejabat di daerah perbatasan menjadi prioritas golongan yang mendapatkan suntikan vaksin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com