Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponsel Jurnalis Al Jazeera Diretas Spyware Bikinan Israel, Arab Saudi dan UEA Dituduh Jadi Dalangnya

Kompas.com - 22/12/2020, 05:42 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

KOMPAS.com – Puluhan jurnalis di media Al Jazeera menjadi sasaran serangan siber oleh spyware canggih yang dijual oleh sebuah perusahaan Israel, NSO Group.

Pengawas keamanan siber memperkirakan, serangan siber itu kemungkinan besar terkait dengan pemerintah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagaimana dilansir dair Al Jazeera, Senin (21/12/2020).

Para peneliti Citizen Lab di Universitas Toronto, Kanada, menerbitkan laporan pada Minggu (20/12/2020) bahwa spyware tersebut bernama Pegasus yang dikembangkan oleh NSO Group.

Spyware tersebut menginfeksi ponsel dari 36 jurnalis, produser, pembawa berita dan eksekutif di jaringan media yang berkantor pusat di Qatar itu.

Seorang jurnalis investigasi Al Jazeera Arab, Tamer Almisshal, mengonfirmasi peretasan tersebut.

Baca juga: Serangan Hacker Bertubi-tubi, Pakar Keamanan di AS Kewalahan

Almisshal menambahkan, penyelidikan telah diluncurkan setelah dia mendapat ancaman pembunuhan di telepon yang digunakan untuk menghubungi kementerian di UEA untuk mendapatkan sebuah berita.

"Mereka mengancam akan menjadikan saya Jamal Khashoggi baru," kata Almisshal, mengacu pada ancaman pembunuhan yang diterima.

“Berdasarkan ini, kami menyerahkan telepon kepada Citizen Lab, yang menemukan bahwa telepon telah diretas oleh spyware bernama Pegasus, yang dikembangkan oleh NSO, sebuah perusahaan Israel,” kata Almisshal.

Almisshal menambahkan, peretasan tersebut dilakukan metode yang disebut teknik zero-click alias tanpa klik di mana para peretas dapat mengakses kamera dan melacak perangkat.

Dia menambahkan, Citizen Lab mendapatkan temuan bahwa operator di UEA dan Arab Saudi berada di balik upaya serangan siber tersebut.

Baca juga: Lembaga Nuklir AS Diserang Hacker, Pejabat: Serangan Terburuk dalam Sejarah Amerika

“Kami melacak spyware selama enam bulan dan menemukan bahwa setidaknya 36 staf Al Jazeera diretas. Mereka telah menggunakan sebagian konten yang mereka curi dari telepon untuk memeras jurnalis dengan mengunggah foto-foto pribadi di internet,” tambah Almisshal.

Di sisi lain, Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir memberlakukan boikot diplomatik, perdagangan, dan perjalanan dengan Qatar sejak Juni 2017.

Keempat negara tersebut menuduh Doha mendukung terorisme dan memiliki hubungan dengan Iran yang dianggap terlalu dekat.

Negara-negara yang memboikot Qatar itu mengeluarkan 13 tuntutan termasuk pelonggaran hubungan dengan Iran, menutup pangkalan militer Turki di Qatar, dan menutup Jaringan Media Al Jazeera.

Qatar dengan keras menolak klaim tersebut dan berjanji untuk mempertahankan kebijakannya, menolak untuk memenuhi tuntutan apa pun yang merusak kedaulatannya.

Baca juga: Setelah Kemenkeu dan Kemendag, Hacker Serang Kementerian Energi AS

Serangan zero-click

Peretasan tersebut menginfeksi ponsel di mana penggunanya tidak melakukan tindakan apa pun alias menggunakan teknik yang dinamakan zero-click.

Teknik ini dibilang cukup canggih karena pada upaya peretasan umumnya membutuhkan sebuah klik dari pengguna.

"Pergeseran menuju serangan zero-click oleh suatu industri dan pelanggan yang sudah dirahasiakan meningkatkan kemungkinan penyalahgunaan yang tidak terdeteksi," kata laporan Citizen Lab.

NSO Group mengatakan di situs webnya bahwa teknologi tersebut diproduksi dengan tujuan memungkinkan pemerintah mencegah dan menyelidiki terorisme dan kejahatan untuk menyelamatkan ribuan nyawa di seluruh dunia.

Perusahaan yang berbasis di Israel itu telah dikaitkan dengan pemerintah yang mengeksploitasi teknologi untuk memata-matai jurnalis, pengacara, aktivis hak asasi manusia, dan pembangkang.

Baca juga: Hacker Rusia Diduga Jadi Dalang Peretasan E-mail Kemenkeu AS dan NTIA

NSO Group mendapat sorotan ketika ponsel Omar Abdulaziz, seorang pembangkang Arab Saudi yang dekat dengan jurnalis yang terbunuh, Jamal Khashoggi, diinfeksi oleh Pegasus.

Temuan itu didapatkan Citizen Lab setelah melakukan penyelidikan pada akhir 2018.

Pegasus digunakan oleh otoritas Arab Saudi untuk memata-matai komunikasi Abdulaziz dengan Khashoggi. Khasoggi dibunuh dan dimutilasi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.

Mengacu pada peretasan telepon staf Al Jazeera, Almisshal mengatakan bahwa tindakan itu adalah kejahatan terhadap jurnalisme.

“Melalui spyware ini, jurnalis ditangkap, dihilangkan, atau bahkan dibunuh. Khashoggi adalah salah satu contohnya,” tutur Almisshal.

Baca juga: E-mail Kemenkeu AS dan NTIA Dijebol Hacker lewat Microsoft Office

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com