KOMPAS.com - 10 tahun yang lalu, seorang pedagang buah dan sayur kaki lima di Tunisia berdiri di depan kantor pemerintah daerahnya dan melakukan aksi bakar diri.
Dia, Mohamed Bouazizi (Muhammad Albu'azizi) sengaja melakukan aksi putus asa tersebut sebagai bentuk protes atas korupsi pejabat.
Aksinya memicu gelombang revolusioner di seluruh wilayah yang dikenal dengan terminologi "Arab Spring".
Baca juga: Politik Arab Spring di Timur Tengah (2011)
17 Desember 2010
Bouazizi, seorang penjual buah dan sayuran di Tunisia, melakukan aksi bakar diri di kota Sidi Bouzid.
Berdasarkan penuturan sepupunya, Ali, Bouazizi adalah sosok yang baik. "Satu-satunya masalah dia adalah cepat naik darah dan tidak bisa berpikir jernih."
Pada 17 Desember 2010, Ali yang sedang bekerja di tokonya ditelepon pamannya, Salah yang mengabarkan bahwa seseorang telah melakukan aksi bakar diri. Pamannya mengajak Ali untuk melihat aksi bakar diri itu dan merekamnya.
Baca juga: Ledakan di Beirut, Apakah Akan Picu Gejolak Arab Spring?
Mereka tidak menyadari bahwa pria itu adalah anggota keluarga mereka, Bouazizi, sampai seorang sopir taksi yang berusaha memadamkan api yang membakar tubuh pria itu dengan jaketnya memberitahu dengan berteriak, "Ali, ini Mohamed! Ini Basbous!"
Basbous adalah panggilan Bouazizi sewaktu masih muda yang berarti "orang yang suka melawak".
Mendengar itu, Ali dan pamannya terkejut dan menangis dan mereka membawa Bouazizi ke rumah sakit dengan ambulans.
Baca juga: Demo Ledakan Lebanon, Yel-yel Arab Spring Bergema di Beirut
Aksi itu memicu demonstrasi yang mulanya sedikit orang menjadi banyak dan semakin banyak di depan gedung pemerintah.
Demonstran semakin banyak sampai ratusan, menurut pengakuan Ali. Namun gubernur mereka enggan menemui pedemo dan bahkan melarikan diri.
Ali yang sebelumnya sempat merekam kejadian bakar diri sepupunya itu lalu memberanikan diri mengunggah video tersebut ke Facebook.
Baca juga: Angin Revolusi Arab Spring Berembus Kembali?
"Tentu saja saya ketakutan saat mengunggah video itu," ujar Ali dikutip dari Aljazeera. Berada sebagai oposisi pemerintah sangat berbahaya. Penjara dan kantor polisi era Zainal Abidin Ben Ali terkenal sangat tak berbelas kasih.
Namun, Ali tetap mengunggah video tersebut. "Demi anak-anak dan keluarga saya. Ini adalah kesempatan yang Tuhan beri dan saya harus melakukannya."
Video itu pun beredar luas di jagat maya. Saluran berita televisi mulai melaporkan apa yang telah terjadi.
Baca juga: Dari Arab Spring Menuju Asia Spring, Pelajaran bagi Indonesia
“Pemerintah panik ketika berita itu sampai ke media internasional,” kata Ali. “Ben Ali mengendalikan semua media Tunisia dan takut akan kebebasan berekspresi dan kebebasan media.”
Bouazizi yang dalam keadaan koma di rumah sakit tidak menyadari semua protes yang dipicu oleh aksi bakar dirinya.
Dia meninggal akibat luka parah yang dideritanya pada 4 Januari 2011. Usai kematiannya, puluhan pedemo ditangkap termasuk sepupunya, Ali Bouazizi.
Ketika Ali berhasil keluar dari cengkraman rezim pada 14 Januari, rezim Ben Ali jatuh.
Baca juga: Tunisia Setujui Konstitusi Baru, Arab Spring Masih Berlanjut
Arab Spring
Arab Spring atau Al Tsaurat Al Arabiyah adalah revolusi yang mengubah tatanan masyarakat serta pemerintahan Arab menuju ke arah yang ideal.
Pada tahun 2011, sejak dipicu oleh self-immolation Mohamed Bouazizi, beberapa gerakan revolusioner terjadi di sejumlah negara kawasan Timur Tengah.
Fenomena itu disebabkan oleh krisis ekonomi dan politik akibat pemerintahan yang korup di beberapa negara kawasan itu.
Baca juga: Ketimpangan Ekonomi Kian Lebar, JK Peringatkan soal Arab Spring
Mengutip buku Sejarah Timur Tengah jilid 2 (2013) karya Isawati, berbagai aksi bakar diri memunculkan gerakan revolusioner yang bertujuan melengserkan rezim otoriter di Tunisia, Mesir, Aljazair, Libya, Yaman, Bahrain dan negara Timur Tengah lainnya.
Dampaknya sangat luas, di antaranya muncul ketidakstabilan harga minyak dunia, krisis ekonomi, sosial dan politik Timur Tengah, menguatnya pengaruh politik Islam dan upaya-upaya negara Barat menanamkan kepentingan politik di Timur Tengah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.