Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malalai Maiwand, Jurnalis Wanita di Afghanistan jadi Sasaran Pembunuhan oleh Militan

Kompas.com - 10/12/2020, 22:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

KABUL, KOMPAS.com - Pria bersenjata menembak dan membunuh seorang jurnalis televisi perempuan yang juga aktivis hak-hak perempuan, di Afghanistan pada Kamis (10/12/2020), sebuah insiden yang menandai peningkatan tren kekerasan terhadap jurnalis di negara itu.

Malalai Maiwand, seorang reporter di Enikass Radio dan TV di Nangarhar, tewas bersama dengan sopirnya dalam serangan terhadap kendaraan mereka di Jalalabad, ibu kota provinsi timur Nangarhar.

Dengan pembunuhan tersebut, jumlah total jurnalis dan pekerja media yang tewas tahun ini di Afghanistan tercatat ada sampai 10 orang.

Baca juga: Setelah Berdamai dengan Taliban, Afghanistan akan Fokus Lawan ISIS

"Dia sedang dalam perjalanan ke kantor ketika insiden itu terjadi," kata Attaullah Khogyani, juru bicara gubernur provinsi Nangarhar seperti yang dilansir dari CNN pada Kamis (10/12/2020).

Daerah Jalalabad dikatakannya telah menjadi sarang aktivitas militan, terutama yang melibatkan ISIS, tetapi tidak ada kelompok yang segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Juru bicara kementerian dalam negeri Afghanistan, Tariq Arian mengatakan bahwa dalam 1,5 dekade terakhir, sebagian besar jurnalis yang terbunuh adalah korban Taliban.

Baca juga: Sempat Macet, Negosiasi Damai Taliban-Afghanistan Lanjut Lagi ke Babak Baru

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid membantah keterlibatan kelompok itu dalam insiden pembunuhan jurnalis.

Enikas telah menjadi sasaran sebelumnya, bersama dengan atasannya, Engineer Zalmay, yang diculik untuk mendapatkan uang tebusan pada 2018.

Di dalam keluarga, Maiwand bukan anggota keluarga pertama yang menjadi sasaran tindakan kekerasan kelompok milisi.

Baca juga: UPDATE: 30 Personel Tewas dalam Bom Bunuh Diri di Pangkalan Militer Afghanistan

Lima tahun lalu, ibunya, juga seorang aktivis, dibunuh oleh orang bersenjata tak dikenal.

"Dengan terbunuhnya Malalai, lapangan kerja bagi jurnalis perempuan semakin kecil dan para jurnalis mungkin tidak berani melanjutkan pekerjaan mereka seperti yang mereka lakukan sebelumnya," kata Nai, sebuah organisasi pendukung media di Afghanistan, dalam sebuah pernyataan.

Pada November, Elyas Dayee, seorang jurnalis Radio Azadi, tewas dalam ledakan bom di provinsi Helmand selatan, dan Yama Siawash, mantan presenter TOLOnews, tewas dalam ledakan serupa di Kabul.

Baca juga: 26 Personel Tewas dalam Ledakan Bom Bunuh Diri di Pangkalan Militer Afghanistan

Pemerintah Afghanistan, kedutaan Jerman, delegasi Uni Eropa dan duta besar Inggris mengutuk serangan yang meningkat terhadap jurnalis dan aktivis.

Donor internasional dan pemerintah juga telah menyatakan kekhawatiran tentang kemungkinan jatuhnya kemajuan hak-hak perempuan selama 2 dekade terakhir, jika Taliban kembali ke kekuasaan apa pun dengan penarikan pasukan asing dari negara itu tahun depan.

Pemerintahan garis keras Taliban ditandai oleh undang-undang yang menindas bagi perempuan hingga kelompok itu digulingkan menyusul invasi pimpinan AS pada 2001 di Afghanistan.

Baca juga: Buntut Penyelidikan Pembunuhan di Afghanistan, 13 Tentara Australia Dipecat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com