Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Liverpool ke Sleman, 35 Tahun Lamanya Emmanuella Tanzil Mencari Ibu Kandung

Kompas.com - 03/11/2020, 21:06 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

LIVERPOOL, KOMPAS.com - Emmanuella Tanzil (35) sedang berupaya keras untuk menemukan siapa orangtua kandungnya. Ia sudah terpisah dari ayah-ibu biologisnya sejak kecil, dan dari Liverpool dirinya pun rela mencari ke Sleman, Yogyakarta.

Dalam thread-nya di Twitter Emmanuella bercerita bahwa dia mulai merasa janggal saat duduk di bangku kelas 6 SD di Jakarta. Kala itu ada temannya yang bertanya kenapa warna kulit Emmanuella gelap, sedangkan orangtuanya putih.

Emmanuella awalnya enggan ambil pusing. Ia merasa warna kulitnya berasal dari neneknya, dan tak pernah menanyakan tentang hal tersebut ke orangtuanya.

Baca juga: Kisah Perang: Terciptanya 2 Korea dari Medan Laga dan Gencatan Senjata Terlama

Akan tetapi momen itulah sekaligus mengubah pendiriannya, membuatnya berpikir ada sesuatu yang ganjil. Akhirnya saat kelas 1 SMP ia menemukan foto ibu (dipanggilnya "mami") bulan Juli 1985 yang seharusnya hamil tapi perutnya rata.

"Tahu pasti ketika SMP saya temukan foto ibu tahun 1985 yang sedang tidak mengandung, sedangkan saya lahir di bulan September," ucap wanita kelahiran 9 September 1985 tersebut kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa (3/11/2020).

Namun Emmanuella tidak pernah menanyakannya ke orangtua, karena saat itu masih anak-anak dan tidak kepikiran untuk bertanya sampai dia SMA. Begitu pun pada 2006, pacar (sekarang menjadi suaminya) menyarankannya untuk mencaritahu lebih lanjut, tapi Emmanuella mengabaikannya.

Singkat cerita, rasa keingintahuannya semakin membesar saat 2012 sebelum pindah ke Inggris dia dan suaminya bertanya ke nenek. Beliau mengonfirmasi benar bahwa Emmanuella diadopsi dari panti asuhan Katolik di Sleman.

"Saya mulai penasaran tahun 2014 ketika mengandung dan melahirkan anak kembar. Tetapi pada waktu itu masih berharap mami yang akan beritahu saya."

"2015 dan 2017 mami saya datang ke UK (Inggris). Saya ingin tanya tak sampai hati," lanjutnya, menambahkan bahwa saat itu papinya sudah tiada.

Baca juga: Kisah Muadah, Tak Dapat Bantuan dan Hanya Mengandalkan Satu Pohon Sawo untuk Bertahan Hidup

Dari Liverpool ke Sleman

Emmanuella berniat menanyakan lagi pada 2019 ketika maminya berencana berkunjung, tapi batal karena suatu alasan. Kunjungan pada 2020 juga batal karena pandemi virus corona dan urusan lainnya.

Dorongan kuat untuk bertemu dengan ibu kandung membuat hatinya tergerak untuk mencaritahu sendiri sejak Juli 2020.

"Akhirnya Agustus saya cari di 5 panti asuhan Katolik Yogya dan 1 lagi (di) Sayap Ibu. Tapi hasil nihil semua," terang Emmanuella kepada Kompas.com.

"Ternyata nenek saya salah, setelah saya tanya paman, paman bilang bukan dari panti asuhan tapi dari yayasan."

"Akhirya saya dapat nomor telepon tante ini dari saudara saya yang lain. Saya tanyakan. Diberitahu saya dari RS Pura Ibunda dengan (pemiliknya bernama) dokter Lukas Budi Gunawan."

"Saya cari nomor dokter Lukas. Lalu saya telepon sayang dokter sudah lupa dan tidak ada data karena RS tutup permanen," urainya.

Baca juga: Revolt Industry, Kisah 5 Sekawan Bisnis Kulit Sapi Beromzet Rp 700 Juta

Tak disangka ternyata saat adopsi kedua orangtua angkatnya hanya dapat akta lahir, surat suntik, dan membayar uang hidupnya selama 7 bulan di yayasan adopsi anak di RS Pura Ibunda.

"Mami bilang, nama saya ketika tinggal di RS itu adalah: Teresa/Theresia. Tidak tahu yang beri nama ibu kandung atau pengurus yayasan RS Pura Ibunda," ungkapnya di Twitter.

Ibu 4 anak tersebut menerangkan, ia baru mulai pencarian pada Agustus 2020 ketika sudah menetap di Inggris dan belum pernah langsung mencari ke kota kelahiran.

"Saya mencari melalui email, telepon, Twitter, Instagram saja. Saya hubungi Dukcapil (Kependudukan dan Pencatatan Sipil). Data sudah sinkron mereka bilang karena memang data mereka sesuai dengan akta lahir. Dengan nama ortu angkat. Tidak terlacak ortu kandung," jelasnya.

"Saya hubungi Pengadilan Negeri Sleman. Hasil akhir disampaikan bahwa nama saya tidak ada di data perkara. Berarti tidak pernah ada sidang pengangkatan anak."

Baca juga: Kisah Joe Biden yang Terus Maju Meski Dihantam Berbagai Tragedi

Emmanuella pun mencari di BPS (Badan Pusat Statistik) mengenai bayi-bayi perempuan yang lahir di Sleman tanggal 9 September 1985, tetapi tidak ada data seperti itu.

"Tetapi minggu lalu saya didukung dinas sosial. Yang akhirnya kemarin kunjungan ke ibu pengurus adopsi di RS itu dan beliau juga yang mengantarkan surat-surat pendukung ke dukcapil untuk membuat akta saya ketika diadopsi."

"Disampaikan oleh petugas dinsos bahwa saya bukan melalui proses adopsi. Tetapi seperti pengambilan anak. Mereka bilang kalau melalui proses adopsi harus ada nama orangtua kandungnya di akta. Minimal nama ibu, dan disertai nomor keputusan pengadilan dan cap.

"Sedangkan di akta saya ada cap itu tapi tidak ada nomor, dikonfirmasikan oleh dinsos yang menanyakan soal ini ke dukcapil. Mereka menduga ada oknum-oknum tertentu sehingga akta tersebut bisa keluar," tuturnya.

Baca juga: Kisah di Balik Foto Viral Penyu Acungkan Jari Tengah ke Penyelam

Penelusuran selanjutnya

Emmanuella berujar, upaya selanjutnya adalah menelusuri nama-nama yang tanda tangan di aktanya dengan meminta bantuan ke Dukcapil dan Pengadilan Negeri Sleman (via email atau DM di Twitter).

"Dan usaha lain saya sedang mencari petunjuk di gereja-gereja terdekat dengan RS. Karena banyak yang usul seperti itu. Melihat dari nama Theresia, kemungkinan besar ibu kandung Katolik atau Kristen."

Emmanuella juga berkata tidak meminta bantuan KBRI karena menurutnya hanya sebagai perantara warga Indonesia yang tinggal di Inggris.

"Jadi waktu pertama mulai cari tidak terpikirkan. Saya langsung email dan DM (Direct Message) Dukcapil dan PN Sleman."

"Saya baru kirimkan email dan DM-nya pagi ini (3/11/2020) waktu Inggris. Kemungkinan mereka baru akan lihat besok (4/11/2020). Saya akan menunggu hasil mereka. Sementara menunggu saya menelusuri gereja-gereja."

"Saya juga dibantu oleh seorang relawan Info Cegatan Jogja untuk menelusuri yang tentang gereja-gereja ini," pungkasnya.

Baca juga: Kisah Misteri: Devils Breath dan Mitosnya yang Kelam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com