Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Reformasi Gagal, Presiden Perancis Ancam Beri Sanksi Politisi Lebanon

Kompas.com - 01/09/2020, 23:54 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BEIRUT, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron telah memperingatkan para politisi Lebanon bahwa mereka berisiko mendapatkan sanksi, jika mereka gagal memperbaiki sistem pemerintahan dalam 3 bulan.

Kebijakan pemberian sanksi kepada politisi Lebanon dari pihak internasional itu merupakan upaya untuk mendorong pemerintah Lebanon menciptakan reformasi negara, yang terancam runtuh di bawah beban krisis ekonomi, sebagaimana yang dilansir dari Reuters pada Selasa (1/9/2020).

Kunjungan kedua Macron di Lebanon dalam waktu kurang dari sebulan itu, ia tandai dengan menanam pohon cedar di hutan, di luar Beirut, sebagaimana yang terjadi pada 100 tahun yang lalu.

Pohon cedar adalah lambang negara Lebanon, yang mana negara ini sedang menghadapi ancaman terbesar terhadap stabilitas negerinya sejak perang saudara 1975-1990.

"Ini adalah kesempatan terakhir untuk sistem ini (reformasi)," kata Macron kepada POLITICO dalam sebuah wawancara saat melakukan perjalanan ke Beirut pada Senin (31/8/2020).

"Ini adalah taruhan berisiko yang saya buat, saya menyadarinya...Saya meletakkan satu-satunya hal yang saya miliki di atas meja, modal politik saya," ujarnya.

Macron mengatakan dia mencari "komitmen yang kredibel" dan "menuntut mekanisme tindak lanjut" dari para pemimpin Lebanon, termasuk pemilihan legislatif dalam 6 hingga 12 bulan.

Baca juga: Presiden Perancis Emmanuel Macron Kunjungi Sosok Pemersatu Lebanon Usai Penetapan PM Mustapha Adib

Jika, mereka gagal mengubah arah dalam 3 bulan ke depan, katanya, tindakan hukuman dapat diberlakukan, termasuk menahan uang talangan dan sanksi pada kelas penguasa.

Politisi Lebanon, beberapa dari mereka adalah mantan panglima perang yang telah mengawal korupsi skala industri selama puluhan tahun, menghadapi tugas berat dengan ekonomi yang sedang runtuh, wilayah Beirut yang porak poranda pasca-ledakan pelabuhan pada 4 Agustus, dan ketegangan sektarian meningkat.

Presiden berusia 42 tahun ini mengatakan kepada penyedia berita online, Brut, bahwa dia akan mengunjungi Lebanon lagi pada Desember.

Beberapa jam sebelum dia tiba pada Senin, seorang perdana menteri baru ditunjuk, Mustapha Adib, menyusul konsensus di antara partai-partai besar yang ditempa di bawah tekanan Macron selama akhir pekan.

Macron mengatakan dia akan menggunakan kekuatan politiknya untuk menekan pembentukan pemerintahan baru di Lebanon.

Tanpa reformasi, dana yang dijanjikan pada konferensi donor di Paris tidak akan dicairkan, katanya.

Baca juga: Resmi, Mustapha Adib Jadi Perdana Menteri Lebanon yang Baru

Macron mengunjungi Beirut segera setelah ledakan di pelabuhan yang menewaskan lebih dari 190 orang dan melukai 6.000 orang.

Macron mengatakan komunitas internasional harus tetap fokus pada keadaan darurat di Lebanon selama 6 minggu dan dia siap membantu menyelenggarakan konferensi internasional, berkoordinasi dengan PBB, pada pertengahan hingga akhir Oktober.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com