Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jika Reformasi Gagal, Presiden Perancis Ancam Beri Sanksi Politisi Lebanon

BEIRUT, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron telah memperingatkan para politisi Lebanon bahwa mereka berisiko mendapatkan sanksi, jika mereka gagal memperbaiki sistem pemerintahan dalam 3 bulan.

Kebijakan pemberian sanksi kepada politisi Lebanon dari pihak internasional itu merupakan upaya untuk mendorong pemerintah Lebanon menciptakan reformasi negara, yang terancam runtuh di bawah beban krisis ekonomi, sebagaimana yang dilansir dari Reuters pada Selasa (1/9/2020).

Kunjungan kedua Macron di Lebanon dalam waktu kurang dari sebulan itu, ia tandai dengan menanam pohon cedar di hutan, di luar Beirut, sebagaimana yang terjadi pada 100 tahun yang lalu.

Pohon cedar adalah lambang negara Lebanon, yang mana negara ini sedang menghadapi ancaman terbesar terhadap stabilitas negerinya sejak perang saudara 1975-1990.

"Ini adalah kesempatan terakhir untuk sistem ini (reformasi)," kata Macron kepada POLITICO dalam sebuah wawancara saat melakukan perjalanan ke Beirut pada Senin (31/8/2020).

"Ini adalah taruhan berisiko yang saya buat, saya menyadarinya...Saya meletakkan satu-satunya hal yang saya miliki di atas meja, modal politik saya," ujarnya.

Macron mengatakan dia mencari "komitmen yang kredibel" dan "menuntut mekanisme tindak lanjut" dari para pemimpin Lebanon, termasuk pemilihan legislatif dalam 6 hingga 12 bulan.

Jika, mereka gagal mengubah arah dalam 3 bulan ke depan, katanya, tindakan hukuman dapat diberlakukan, termasuk menahan uang talangan dan sanksi pada kelas penguasa.

Politisi Lebanon, beberapa dari mereka adalah mantan panglima perang yang telah mengawal korupsi skala industri selama puluhan tahun, menghadapi tugas berat dengan ekonomi yang sedang runtuh, wilayah Beirut yang porak poranda pasca-ledakan pelabuhan pada 4 Agustus, dan ketegangan sektarian meningkat.

Presiden berusia 42 tahun ini mengatakan kepada penyedia berita online, Brut, bahwa dia akan mengunjungi Lebanon lagi pada Desember.

Beberapa jam sebelum dia tiba pada Senin, seorang perdana menteri baru ditunjuk, Mustapha Adib, menyusul konsensus di antara partai-partai besar yang ditempa di bawah tekanan Macron selama akhir pekan.

Macron mengatakan dia akan menggunakan kekuatan politiknya untuk menekan pembentukan pemerintahan baru di Lebanon.

Tanpa reformasi, dana yang dijanjikan pada konferensi donor di Paris tidak akan dicairkan, katanya.

Macron mengunjungi Beirut segera setelah ledakan di pelabuhan yang menewaskan lebih dari 190 orang dan melukai 6.000 orang.

Macron mengatakan komunitas internasional harus tetap fokus pada keadaan darurat di Lebanon selama 6 minggu dan dia siap membantu menyelenggarakan konferensi internasional, berkoordinasi dengan PBB, pada pertengahan hingga akhir Oktober.

"Saya siap menjadi tuan rumah di Paris," katanya.

Pengaruh asing

Macron telah menjadi pusat perhatian dalam menuntut perubahan baik di Lebanon, tetapi kekuatan asing lainnya masih memiliki pengaruh besar di sana, terutama Iran melalui kelompok Syiah yang bersenjata lengkap, Hezbollah.

Seorang utusan senior dari Amerika Serikat, yang mengklasifikasikan Hezbollah sebagai organisasi teroris dan yang telah menyalurkan uang ke tentara Lebanon, dijadwalkan tiba di Beirut pada Rabu (2/9/2020).

Arab Saudi juga secara tradisional menjalankan kekuasaan melalui komunitas Sunni di Lebanon.

Saat Macron menanam pohon cedar, tim angkatan udara Perancis terbang beratraksi di udara, dengan membentuk jejak asap berwarna merah, putih dan hijau, warna nasional Lebanon.

Pada 100 tahun lalu, perbatasan Lebanon diproklamasikan oleh Perancis, negara koloniannya, dalam sebuah ukiran kekaisaran dengan Inggris.

Negara yang pernah disebut-sebut sebagai Parisnya Timur Tengah itu, memperoleh kemerdekaan pada 1943.

Macron memulai perjalanannya pada Senin dengan bertemu dengan Fairouz, seorang seniman berusia 85 tahun, salah satu penyanyi paling terkenal di dunia Arab yang musiknya melampaui divisi Lebanon.

Di luar rumahnya, pengunjuk rasa melambaikan spanduk. Salah satu berbunyi, "Tidak ada kabinet oleh, atau dengan, para pembunuh."

Macron mengunjungi pelabuhan Beirut yang hancur dan bertemu dengan Presiden Michel Aoun untuk perayaan 100 tahun, sementara lusinan pengunjuk rasa anti-pemerintah berkumpul di Lapangan Martir Beirut.

Dia juga akan bertemu dengan faksi utama Lebanon.

Krisis ekonomi Lebanon berakar dari puluhan tahun lalu, yang mana terjadi korupsi dalam negeri, dan pemborosan yang membuatnya menjadi salah satu beban hutang publik terberat di dunia.

Sejak Oktober, nilai mata uang telah anjlok dan deposan telah dibekukan dari tabungan mereka yang semakin tidak berharga dalam sistem perbankan yang lumpuh.

Kemiskinan dan pengangguran melonjak di negara yang telah menampung banyak pengungsi.

"Hari ini semuanya terblokir dan Lebanon tidak dapat lagi membiayai dirinya sendiri," kata Macron, menambahkan bahwa bank sentral dan sistem perbankan berada dalam krisis dan diperlukan audit.

“Kita perlu tahu kebenaran angka-angkanya, agar bisa diambil tindakan hukum,” katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/01/235453470/jika-reformasi-gagal-presiden-perancis-ancam-beri-sanksi-politisi-lebanon

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke