MINSK, KOMPAS.com - Pemilihan presiden (pilpres) di Belarus berlangsung ricuh, dan calon presiden (capres) penantang utama Presiden Belarus sampai melarikan diri ke Lithuania.
Svetlana Tikhanovskaya kabur ke Lithuania pada Selasa (11/8/2020), setelah bentrokan di malam kedua antara polisi dan pendukung oposisi menewaskan seorang pengunjuk rasa.
Tikhanovskaya mengklaim kemenangan atas Presiden Alexander Lukashenko yang otoriter, dalam pemilihan suara pada Minggu (9/8/2020).
Baca juga: Demonstrasi Pecah Setelah Ledakan di Beirut, PM Lebanon Janjikan Pemilu Dini
Ia telah tiba di negara tetangga dengan selamat, kata Menteri Luar Negeri Lithuania Linas Linkevicius kepada kantor berita AFP.
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi Lithuania yang merupakan anggota Uni Eropa dan NATO, dan dulu juga bagian dari Uni Soviet seperti Belarus, memiliki riwayat memberikan perlindungan ke tokoh-tokoh oposisi Belarus dan Rusia.
Keberadaan Tikhanovskaya sempat tidak diketahui, setelah staf kampanye hilang kontak dengannya dan mengkhawatirkan keselamatannya.
Munculnya dia di Lithuania terjadi setelah ribuan orang turun ke jalan di ibu kota Belarus, Minsk, pada Senin yang menjadi malam kedua kerusuhan.
Baca juga: Intel AS: China Ingin Trump Kalah Pemilu karena Tak Bisa Ditebak
Sebelumnya pihak berwenang mengumumkan, Lukashenko telah mengamankan masa jabatan keenamnya dengan 80 persen suara.
Tikhanovskaya, wanita berusia 37 tahun, adalah orang baru di dunia politik tapi dia telah memberi angin segar kepada oposisi.
Ia berada di urutan kedua hasil akhir pilpres dengan 10 persen suara, dan para pengunjuk rasa mendukung klaimnya yang telah memenangkan pemilihan.
Massa melawan dengan lemparan batu dan kembang api, juga membangun barikade, kata laporan jurnalis AFP, para demonstran, dan sejumlah saksi mata.
Baca juga: Konspirasi QAnon, Akankah Berdampak pada Pemilu Presiden AS?
"Sangat banyak orang menentang Lukashenko," kata Pavel seorang demonstran berusia 34 tahun kepada AFP.
"Kami ingin menggulingkan Lukashenko. Dia tidak layak jadi presiden."
Puluhan orang terluka dalam kerusuhan itu, dan kematian pertama dikonfirmasi pada Senin. Polisi mengatakan, seorang pria tewas setelah alat peledak meledak di tangannya.